“Bapak yakin kamu bakalan cepat mahir dalam urusan yang satu ini karena kamu adalah murid cantik terpandai disekolahan ini…” Pak Dede cengengesan dengan wajah mesumnya yang semakin menyebalkan.
“Awwww…!!” Feby memalingkan wajahnya ketika Pak Dion dengan sengaja memamerkan batang kemaluannya, gelak-tawa terdengar riuh rendah diruangan perpustakaan.
“Feby…, kamu liat…, nah ini yang namanya penis….” Pak Dion mengacung-ngacungkan penisnya kewajah Feby.
Feby memundurkan kepalanya ketika ada bau yang menyengat tercium oleh hidungnya. Mata gadis itu melirik ke arah benda hitam yang besar dan panjang diselangkangan Pak Dion. Seumur hidup baru kali ini dirinya melihat kemaluan milik seorang pria, bahkan kini ada 4 batang sekaligus terpampang dihadapan wajahnya dengan berbagai ukuran, rasa sesal perlahan-lahan berganti dengan sebuah perasaan lain, rasa ingin tahu, penasaran dan juga gelombang birahi yang semakin lama semakin menyeret gadis itu menuju sebuah dunia berbeda yang penuh dengan bujuk rayu kenikmatan. Tangan Pak Dede meraih tangan gadis itu dan meletakkannya pada batang kemaluan Pak Dion. Tangan Feby bergetar hebat ketika telapak tangannya mengelus batang kemaluan Pak Dion. Selama ini Feby menyalurkan nafsu birahinya dengan cara beronani atau dengan cara sembunyi-sembunyi menonton blue film dirumahnya.
Batang kemaluan Pak Dion terasa kasar, hangat dan semakin mengeras dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba nafas Feby semakin mendengus, tampaknya nafsunya mendadak bergelora ketika dikelilingi oleh empat orang guru bejat yang sudah berbugil ria di hadapannya. Tangan Pak Dion mendekap kepala Feby, ditekannya kepala gadis itu ke arah selangkangannya. Perlahan-lahan bibir Feby terbuka dan mengecup batang penis Pak Dion. Pak Dede dan Pak Ahmad merayapkan tangan mereka menggerayangi buah dada Feby, sedangkan tangan Pak Djono menyelinap ke balik rok seragam gadis itu dan mengusap-ngusap pahanya.
“Hmmm, nafsu kamu memang tinggi rupanya…hahaha!” Pak Dion membelai-belai rambut Feby yang sedang menciumi batang kemaluannya dengan rakus sampai terdengar suara decakan yang semakin keras.
Kedua tangan Feby memegangi batang penis Pak Dion. Mulutnya terbuka lebar dan dengan perlahan-lahan Feby memasukkan kepala penis Pak Dion ke dalam mulutnya. Mendadak Feby seperti terkena sengatan listrik sambil menarik kepalanya, rasa kepala penis laki-laki yang baru pertama kali ini dirasakan oleh gadis cantik itu, asin dan disertai lendir yang meleleh dari lubang kemaluan Pak Dion. Setelah membiasakan diri dengan bau menyengat yang dikeluarkan kepala penis itu, Feby mengulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas kepala penis kepala sekolah bejat itu, sesekali dikulumnya dan dihisapnya dengan kuat sampai kedua pipi gadis itu mengempot.
Mata Pak Dion menatap nanar kearah selangkangan gadis itu yang masih agak terhalangi oleh rok seragam sekolahnya yang sudah tersibak keatas akibat kejahilan tangan Pak Djono. Pak Dede, Pak Djono dan Pak Ahmad menarik tubuh gadis itu agar berdiri, seolah-olah sudah mengerti apa yang diinginkan oleh Pak Dion mereka menelanjangi gadis itu. Pak Dion melangkah mendekati Feby dan sambil meraih pinggang gadis itu mulut pak Dion melumat bibir Feby yang mungil.
“Emmm….Hesccckk… Hssscckk Emmmm” suara mulut gadis itu yang sedang dikulum dan dihisapi oleh Pak Dion.
Feby mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dion, kedua kakinya agak berjingjit menyambut kuluman Pak Dion.
“Ahhhh…!! Ahhhhhhhh…..” Feby memekik kemudian mendesah-desah kecil ketika Pak Dion mengecupi dan menghisap-hisap lehernya, rasa geli yang menggelitik membuat gadis itu merintih dengan lirih.
Pak Dion membopong kemudian membaringkan tubuh Feby di atas setumpukan kain berwarna putih bersih yang sengaja sudah disiapkan, dihamparkan diatas lantai perpustakaan.
“Ihhhhh…!! ” Feby menggeser-geserkan tubuhnya ketika pak Dion menerkam tubuhnya, mulut kepala sekolah bejat itu menjilati bulatan payudara Feby, kedua tangan pria itu membelit pinggangnya dan mendekap tubuhnya dengan kuat.
“Ennnnnnhhhh… nnnnnhhhhhh” tubuh Feby melenting keatas ketika kecupan-kecupan pak Dion turun semakin kebawah.
“Ahhhhh……!! Ohhhhhh…!! Pak… Ennnhhhh” Feby tidak kuasa lagi menahan jeritannya ketika mulut Pak Dion mengecup-ngecup bibir vaginanya dengan liar, jeritan gadis itu semakin liar ketika lidah Pak Dion yang kasar menyeruak masuk mengorek sela-sela lubang vagina gadis itu.
“Ha Ha Ha…, tidak disangka, murid kita yang pandai begitu liar…”
“Ini mungkin karena nafsu yang terlalu lama terpendam”
“Ooo… iyaaaa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya.. he he he”
“Slllckkkk… slecccckkkkkk… Srrruupphhhhh….” suara mulut Pak Dion yang sedang asik mengulas-ngulas belahan vagina Feby, sesekali mulut Pak Dion mencucup bibir vagina gadis itu dan menghisapi lendir-lendir gurih yang semakin banyak meleleh dari vagina Feby.
“Awwww… Hssshhh Hssssshhh….. Crrrrrttt Crrrrr” kedua tangan Feby mendekap dan meremasi kepala Pak Dion, kedua kakinya tertekuk mengangkang seolah-olah sedang mempersilahkan pak Dion untuk menikmati vaginanya.
Lidah pak Dion mengulas-ngulas permukaan vagina Feby, gadis itu menggelinjang keenakan ketika lidah Pak Dion yang hangat dan basah mengusap-ngusap permukaan vaginanya.
Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina Feby, dengan instensif Pak Dion menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan vagina gadis itu. Cairan vagina Feby bercampur dengan lelehan air nafsu yang menetes dari kepala kemaluan Pak Dion, semakin lama kepala penis Pak Dion semakin mengkilap basah, demikian pula dengan bibir vagina Feby tampak berair dan sedikit merekah.
“Jangann Pakkk…!! Ahhhhh……!!!” Feby berontak namun Pak Dede dan Pak Ahmad dengan sigap menyergap tubuh gadis itu, mereka menekan kuat-kuat bahu bahunya, sedangkan Pak Djono melakukan remasan-remasan lembut pada buah dada gadis itu.
“Enngghh !! Hakkkshh” Feby meringis merasakan kepala penis pak Dion membelah belahan vaginanya, gadis itu semakin gelisah ketika batang kemaluan Pak Dion terbenam semakin dalam dan akhirnya…
“Aduhhh…., Enggghhhh…sakit…, sakittt!!!!”
Keempat orang guru bejat itu tertawa lepas melihat Feby mengaduh kesakitan.
“Colok terus Pak Dion , jangan diberi ampunn…”
“Ayoooo… Lebih dalam lagi Pak Dion….”
“Sudahh…, jangan nangis begitu ah…, kaya lagi diapain aja.. he he” kata Pak Djono sambil membelai-belai rambut gadis itu, Feby memalingkan wajahnya. Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, isakan tangis gadis itu malah membuat nafsu birahi keempat guru bejat itu semakin bergelora.
Pak Dede dan Pak Amhad tersenyum kemudian melepaskan pegangannya pada bahu gadis itu. Batang kemaluan pak Dion yang besar, hitam dan panjang kini tertancap di lubang vaginanya. Gadis itu berulang kali mengeluh ketika Pak Dion berkutat kuat. Kepala sekolah bejat itu menekan batang kemaluannya semakin dalam, dengan tidak sabaran Pak Dion menghentakan batang kemaluannya kuat – kuat.
“Ahhhhhh….., nnggggghhhh, Ngghhh” gadis itu menjerit keras kesakitan kemudian mengerang-ngerang, suara erangannya justru membuat nafsu binatang Pak Dion semakin bergolak.
Tubuh Feby mulai terguncang-guncang perlahan-lahan kemudian semakin lama semakin cepat. Tusukan-tusukan kemaluan Pak Dion serta belaian dan usapan nakal tangan Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono akhirnya mengantarkan gadis itu mencapai puncak klimaksnya “Ahhhhh… Crrrrr… Crrrrr… Crrrrrr” Tanpa melepaskan batang kemaluannya, Pak Dion memutar tubuh gadis itu dan memposisikannya pada posisi dogy style,
“Emmmmmm……” tubuh Feby menggelinjang ketika merasakan putaran batang kemaluan Pak Dion di lubang vaginanya.
Pak Dion merapatkan selangkangannya mendesak buah pantat Feby, nafas Pak Dion semakin memburu merasakan kehalusan buah pantat Feby menggesek perutnya yang buncit.
“Plokkkk… Plokkkkk… Plokkk….” batang kemaluan Pak Dion bergerak maju mundur menggempur lubang vagina Feby.
“Ahhhh… Ahhhhh…. Emmmm…” mulut Feby yang sedang mendesah-desah tiba-tiba disumpal oleh batang Penis Pak Djono.
Kedua tangan Pak Djono mendekap kepala Feby dan menggerakkan kepala gadis itu maju mundur untuk mengoral batang penisnya. Pak Dede dan Pak Ahmad menggerayangi buah dada gadis itu, terkadang tangan mereka meremas kuat-kuat induk payudara Feby yang dilanjutkan dengan memilin-milin putingnya.
“Ahhhh… Ohhhhhh….! Crrrrr… Crrrrr…..” Feby memuntahkan batang penis Pak Djono, matanya terpejam rapat merasakan puncak klimaks yang baru diraihnya.
Pak Dion tetap bersemangat memacu lubang vagina Feby walaupu gadis itu sudah kewalahan menghadapi nafsu dan tenaga Pak Dion yang besar. Setelah kembali mengantarkan Feby mencapai puncak kenikatannya yang keempat kali. Pertahan Pak Dion tampak goyah, mulutnya menggeram-geram “Arrrhhhh…. Urhhhhh… Euhhhhh”
“Arhhhhh… Croooottttt…….” tiba-tiba Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dengan sekali sentakan yang kuat sampai gadis itu memekik kecil.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang Pak Dion menarik batang penisnya dari lubang Vagina Feby. Ia buru-buru mencengkram pinggul Feby agar posisi pantat gadis itu tidak turun. Pak Djono menelan ludah ketika kepala penisnya beradu dengan lubang anus gadis itu.
“Ekssssshhhhhh…. Heeeeennggkkkk” Feby hanya dapat membeliakkan matanya ketika merasakan lubang anusnya melebar dan terasa pedih bercampur ngilu, tenaga gadis itu sudah hilang entah kemana.
Batang penis Pak Djono dengan leluasa membantai lubang anus Feby. Tubuh Feby yang sudah basah bercucuran keringat terdorong-dorong dengan kuat ke depan ketika Pak Djono menyodomi gadis itu dengan kasar. Mata Feby terpejam rapat, wajahnya mengernyit kesakitan sedangkan mulutnya terbuka lebar “Hahhhhssss… Hashhhhhhhhh… Hahhhhhk” hanya Suara itu saja yang dapat keluar dari mulut gadis itu.
Tangan Pak Djono membelit pinggang Feby sebelum menjatuhkan dirinya kebelakang. “Unnngghhhhh……” gadis meringis kesakitan ketika lubang anusnya menduduki batang penis Pak Djono. Tangan guru bejat itu mendekap pinggul Feby dan dengan kuat menekan pinggul gadis itu kebawah. Sementara Pak Ahmad mencekal pergelangan kaki kanan Feby dan merentangkan kaki gadis itu melebar, sedangkan tangan kiri Pak Ahmad menjejalkan kepala penisnya membelah belahan vagina gadis itu.
“Jrebbb…. Jrebbb Jrebbb… Unnnnnhh” Feby kembali melenguh kemudian merintih-rintih merasakan tusukan penis Pak Ahmad yang menyentak-nyentak karena pemiliknya ingin membenamkan batang penisnya sampai mentok kedalam vagina gadis itu.
Tidak berapa lama tubuh Feby terguncang-guncang akibat serangan batang penis Pak Djono dan Pak Ahmad di lubang anus dan lubang vaginanya. Pak Dede memeluk pinggang gadis itu dari samping sementara mulutnya melumat buah dada Feby yang basah, hangat dan halus, Pak Dede dengan rakus mengulum puncak buah dada Feby, terkadang ia mengigit bulatannya dengan gemas.
“Ennhhhh…. Crrrrr… Crrrtttt…….” Feby hanya sanggup mendesah ketika tubuhnya kembali bergetar dengan hebat ketika mencapai puncak kenikmatan
“Nahhh…, Gimana rasanya, lebih enak ketimbang onani, betul ga?” Pak Dede menciumi bibir Feby dan mengulumnya dengan lembut.
“Hauhhhh…. Cretttt…. Crrrrrrr”
“Ngeheee… Kcrotttt”
Pak Ahmad dan Pak Djono menggeram kuat sambil meyentakkan batang penis mereka. Pak Dede segera merebut tubuh Feby dan membopong tubuh gadis itu, Pak Dede meletakkan Feby duduk dipinggiran meja, kedua kakinya terjuntai agak mengangkang. Kedua tangan Pak Dede bermain-main di permukaan Paha Feby, kemudian naik merayap kearah pinggang sambil merendahkan kepala jari telunjuk Pak Dede mengangkat dagu Feby.
“Hemmmm… Emmh…Ckkk Ckkkk” suara mulut seorang murid yang sedang dikulum oleh mulut gurunya.
Tangan sang guru menggerayangi kemulusan tubuh muridnya yang sudah basah bercucuran air keringat.
Pak Dede mengarahkan batang penisnya ke arah belahan vagina Feby, guru bejat itu menekankan penisnya, perlahan-lahan penis Pak Dede memasuki vagina gadis itu. Mata Pak Dede terpejam, ada kepuasan yang tersirat di ekspresi wajahnya, dengan perlahan-lahan Pak Dede memaju mundurkan batang penisnya seolah-olah ia sedang menikmati jepitan vagina gadis itu pada batang kemaluannya.
“Hssshhhhh….” sambil mendesis Feby mengibaskan rambutnya yang sudah basah dan acak-acakan. Pak Dede mengangkat paha gadis itu, secara otomatis kedua tangan Feby bertumpu ke belakang.
“Ennnnhhh… Cleppp…Kretttt Cleppppp…Krettttt Cleppp….” Pak Dede meningkatkan irama kocokannya, suara meja terdengar berderit-derit ketika guru bejat itu semakin kuat memacu tubuhnya.
“Ihhhh…Brukkkkk Crrrr….. Crrrttttt……..” punggung Feby terjatuh keatas meja , kedua tangannya serasa lemas tidak berdaya menahan beban tubuhnya ketika merasakan puncak klimaks yang berdenyut-denyut di lubang vaginanya. Pak Dede tersenyum kemudian mencabut batang kemaluannya.
Ditariknya tubuh Feby turun dari atas meja, kemudian Pak Dede duduk di atas sebuah kursi, tangannya menarik bokong gadis itu, perlahan-lahan pinggul Feby turun menduduki selangkangan Pak Dede.
“Ahhhhssssshhhhhh………” kepala Feby terangkat keatas, gadis itu mendesah panjang merasakan penis Pak Dede membelah kembali belahan vaginanya sampai akhirnya dengan sempurna Feby menduduki selangkangan guru bejat itu, kemaluan Pak Dede terbenam didalam lubang vagina Feby yang seret dan sempit. Dengan perlahan-lahan Pak Dede memacu penisnya, kedua tangan Pak Dede merayap kedepan menggerayangi buah dada Feby, dengan teratur telapak tangan pak Dede mengusapi bulatan payudara gadis itu dan meremasnya dengan lembut. Tusukan batang penis Pak dede yang lembut dan juga remasa-remasan lembut tangan pak Dede di buah dadanya membuat Feby semakin melayang nikmat. Perlahan namun pasti Feby menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia memasrahkan dirinya dalam dekapan guru bejat itu.
Cuphhhh… Cupppp… Cupppp” Pak Dede menciumi leher gadis itu dari belakang, pak Dede tersenyum merasakan tubuh muridnya bergetar dengan hebat dalam dekapannya pertanda gadis itu sedang dilanda puncak kenikmatan “Ennnhhhhhh…… Crrrrrrr…. Crrrrrrr… Crrrrrrrr”
****************************
Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…
Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum dengan wajah mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan melecutkan sabuk itu ke udara. Gadis itu memekik ketakutan.
“Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya cambuk, terus diginiin….”Pak Romi menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah kemudian mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
“Atauuu….. “
“Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he” Pak Romi mulai memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan tatapan mata mengancam.
“Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! ” Ira memohon pada Pak Romi
“Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?” Pak Romi menatap wajah gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil menundukkan wajahnya. Pak Romi melemparkan sabuknya keatas meja.
“Sini…, mendekat….!!” dengan tegas Pak Romi memberikan perintah, perlahan-lahan Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak Romi meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh gadis itu membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
“Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya….”
Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi. Tangan Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan celananya yang sudah menggembung. “Celana saya jugaaaa…. He he he”
“Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!” Pak Romi membentak karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
“Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…” Pak Romi menyodorkan batang kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing kemudian mengecup batang penis Pak Romi
“Cuphhhhh…..”
“Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg….” Pak Romi protes
“Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin dong…”
“Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk” Akhirnya Ira melakukan beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan jilatan-jilatan lidahnya mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
“Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…”
“Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp….” Tangan Pak Romi mencengkram bahu Ira dan mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.
“Nahhh, sekarang buka bajunya Non…” Pak Romi cengengesan dengan pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan kepalanya, perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan kancing baju seragamnya paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga dan sampai kancing baju terakhir, pria itu membantu melepaskan pakaian seragam Ira. Wajah Ira semakin kemerahan mendengar kata-kata panas Pak Romi yang bernada melecehkan dirinya “wahhh , ck ck ck, kalo ini sih, semalam bisa seharga sejutaan…”
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…” Pak Romi menarik kedua tangan Ira yang menyilang di dadanya berusaha melindungi payudaranya dari tatapan mesum Pak Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit melepaskan pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira ke bawah kaki gadis itu, kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira sambil berbisik ditelinga Ira “Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya Non…, kalo ngentot kan harus buka-bukaan dulu.. He he he”
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan celana dalam Ira. “Glekkkk….” Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya berhadapan dengan buah pantat gadis itu yang membulat padat, berkali-kali tangannya bergerak mengusapi bulatan buah pantat gadis itu yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai menciumi bulatan buah pantat Ira
“Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa saya bisa menciumi pantat Non Ira, He he he”Sambil mengecup, berkali-kali Pak Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi terjulur menjilati belahan pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai bergetar hebat merasakan nikmatnya elusan-elusan lidah pak Romi.
“Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh” Ira memejamkan matanya, elusan-elusan lidah Pak Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang diberikan oleh penjaga perpustakaan sekolah itu.
“Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen nyicipin memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! ” Dengan tidak sabaran Pak Romi menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira bertumpu ketembok sementara kedua kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari belakang sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu “Anjritt…, Gurih amat sih, emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…”
“Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!” tiba – tiba Ira menarik pinggulnya ketika Pak Romi mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan vaginanya yang diselingi gigitan-gigitan lembut pada buah pantat gadis itu, tubuh gadis itu semakin menggeliat-geliat ketika lidah Pak Romi mengorek-ngorek lubang anusnya, “Fuhhhhhhh….” sesekali Pak Romi meniup lubang anus gadis itu dan kemudian melahap habis-habisan lubang anus Ira.
“Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr” Ira mengejang ketika mencapai klimaks, sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.
“Sllleeeeppp… Jrebbbb” kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira, tubuh Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan batang kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan payudara Ira sambil melakukan remasan-remasan kasar, pria itu berbisik ditelinga Ira
“Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan nggak?” Pak Romi bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk kencan di malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak Romi.
“Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab dongggg!!!” Pak Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan payudara Ira, “Ahhhh aduhhhh… Iy Iyaaa Pakkkk….” Ira meringis kesakitan.
“Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe” Pak Romi senang karena gadis itu menyetujui ajakannya. “Cleppp Clepppp… Clepppp.. Clepppp” suara gesekan kemaluan mereka terdengar semakin menggairahkan.
“Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…”setelah melepaskan batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk di atas kursi. Ira Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan hati-hati ia menurunkan pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala penisnya pada lubang vagina Ira yang hendak menduduki selangkangannya.
“Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh….” Ira mendesis keenakan, tubuhnya berkali-kali menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik turunkan pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang yang sedang mengayak pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya, sementara kedua tangannya menekan belakang kepala gadis itu, lidah pria itu menggeliat-geliat di bibir
Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
“Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…, kebangetan….!! ” tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan menarik kepala gadis itu ke arah wajahnya.
“Ahhhhemmmmm…Emmm!” Pak Romi mengulum mulut Ira dengan rakus, sementara tangan kanan Pak Romi menekan-nekan bokong gadis itu dalam sebuah irama yang teratur sambil menyentakkan batang penisnya ke atas.
“Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr” tubuh Ira bergetar seperti tersengat aliran listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum akhirnya melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya, perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar menyongsong datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait dan membelit.
“Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk “Pak Romi menampar-nampar buah pantat Ira agar gadis itu lebih giat dalam “bekerja”. Ira segera menaik turunkan pinggulnya dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi mencengkram pinggul gadis itu membantunya menaik turunkan pinggulnya.
“Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…”
“Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt”
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak Romi yang hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus. Tangan Pak Romi meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan lembut. Mulut Pak Romi mengecupi bibir Ira kemudian kecupan Pak Romi mampir ke pipi seolah-olah sedang berterimakasih pada gadis itu.
****************************
Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang sekolah. Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak Nanang terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja?? Setibanya di rumah Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi memburu, kedua tangannya berkacak pinggang. Waduh. Itu dadanya…! Dadanyaaaaaa !! aku menatap nakal gunung besar didada Vivi yang bergerak turun naik. Vivi melotot ke arah ku ketika menyadari aku sedang memandangi payudaranya.
“Maya…..!! Sini….!! ” Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia berteriak memanggil namaku.
“Ehhh.., ada Apa Vi…” Aku memasang wajah serius, tangan Vivi menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
“Wahhhh… Habis sudah si Maya….” Reina terkekeh – kekeh.
“dan Kamu….. !! ” Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah, kini tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan tubuh Reina, jari telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina terbuka , dengan nafsu mengelegak kedua tangan Farida mendekap kepala Reina dan menyumpal bibir gadis itu dengan bibirnya.
“Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk….” Suara bibir kedua gadis itu berdecakan semakin keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka yang saling membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian masing masing Farida menarik Reina kearah kursi sofa.
Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk dengan indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti tubuhnya. Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina kemudian dengan perlahan terus naik ke atas, Reina mengangkangkan kedua pahanya ketika telunjuk Farida mulai nakal merayapi permukaan Vaginanya.
“Ahhhhh… Far…, enakkkk…” Reina mendesis keenakan ketika jari telunjuk Farida mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya dengan kasar.
“Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt… Cretttttt” Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput cairan gurih itu dari vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
“Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…” Farida menekan-nekankan lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah Reina mengait-ngait klitoris Farida
“Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr” Farida tiba-tiba terengah-engah, sesekali tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-cairan gurih dari lubang vaginanya.
Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis itu saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar ketika mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
“Uhhhh….sabar Viii…, sabar…..” aku agak miris melihat wajah Vivi yang merah padam.
“Awwwww……” Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang sudah telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah menghampiriku, kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku menahan nafas ketika Vivi melompat menerkamku. Dengan bernafsu Vivi menggusur tubuhku ke tengah ranjang.
“Uhhhhh……” Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang terakhir, kain segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya, melindungi wilayahku yang paling sensitif dari kebuasan Vivi.
“Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!” kedua tangan Vivi mencekal pergelangan tanganku dan menekan kedua tanganku di samping kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah dadaku yang mungil, “Vivi Meeemmmm Emmmmmmm” Vivi mengulum bibirku dengan kuat, tubuhku yang semula berontak kini lemas kehabisan tenaga, dengan liar Vivi melampiaskan nafsunya menggeluti buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi yang liar pada buah dadaku berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi mengenyot puncak payudaraku dengan lembut, lidahnya bermain-main mengorek-ngorek puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman Vivi kini turun ke bibir vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan giat, sesekali diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
“Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrttttt ttttt….” Aku mengejang kemudian mengeliat keenakan,
“Ha Ha Haaaa….” Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih tubuhku, ia membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi bibirku.
Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak bermoral itu.
“Ehmmm” aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar sebuah penis yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.
==================================================================
Seorang gadis tampak gelisah, berkali-kali ia menekan tombol play kemudian stop di Mp4 player mungil yang baru saja ia dapatkan, entah siapa yang menaruh Mp4 itu di tasnya,
“Nggak.., mungkin…, dari mana mereka mendapatkan ini ?” berkali-kali gadis itu memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, dunia terasa berputar dengan lebih cepat
Sebuah Sms masuk ke Hp di tangannya, wajahnya memerah membaca kata-kata mesum dilayar HPnya.
Gadis itu mebalas SMS itu “Siapa ini ? Jangan kurang ajar ya..!! “
Gadis itu menengokkan kepalanya pada langkah-langkah kaki yang menghampirinya.
“ahhh..! ” Seorang gadis yang baru datang berseru terkejut ketika melihat tayangan MP4 ditangan temannya.
********************
Beberapa minggu yang lalu sebelum gadis itu menerima Mp4 gratis.
“Anita !”
“Veily!”
Anita dan Veily berlari kecil saling menghampiri, kedua gadis itu saling bergandengan tangan seolah-olah tidak ada yang dapat memisahkan mereka berdua.
“kamu mau minum apa? Veily sayang…” Anita berbisik nakal di telinga Veily.
“Mau nyusu di dada kamu boleh?” Veily membalas berbisik pelan di telinga Anita, Anita hanya tertawa sambil meremas tangan temannya itu.
Kedua gadis itu menunggu dengan sabar di depan pintu lift, tidak berapa lama pintu lift itu terbuka, beberapa orang keluar dari dalam lift sampai lift itu kosong, kedua gadis itu bergandengan tangan masuk kedalam lift. Dengan lembut tangan Veily mengusap peluh di kening Anita dengan tissue.
“Kamu ini.., coba kalau tadi aku jemput…,nggak akan keringatan gini..,”Veily bersungut-sungut, dikecupnya pipi Anita “Cuphhh”
“Yeee, kalo kamu musti jemput aku kan jalannya harus muter dulu…, jauh, tar cape” Anita tersenyum menatap Veily.
“cape gimana ? Kan aku naik mobil, lagian aku rela koq.., demi kamu…” Veily mengusap kemudian meremas lembut pinggul Anita. Veily buru-buru menarik tangannya ketika pintu lift terbuka, Anita tersenyum kecil kemudian mendahului Veily keluar dari dalam lift.
“Kita ketoilet dulu ya…” Veily menarik tangan Anita yang membalas dengan menganggukan kepalanya, wajah Anita memerah, ia tahu dengan jelas apa yang diinginkan oleh Veily.
Veily pura-pura mencuci tangan, berkali-kali dengan tidak sabaran Veily menengok ke arah Anita kemudian menengok ke arah seorang wanita setengah baya yang sedang membenahi make-upnya, akhirnya si wanita setengah baya melangkah keluar.
“Ehhhhhhhhh….! ” hanya suara itu yang keluar dari mulut Anita ketika merasakan pinggulnya ditarik dan diseret oleh seseorang, salah-satu pintu ruangan itu tertutup dengan rapat.
Veily mengecup lembut bibir Anita, bibirnya melekat kemudian memangutnya dengan lembut. Tubuh Anita merinding, kedua lututnya terasa goyah ketika Veily memangut-mangut bibirnya dengan lembut. Veily menjilati sudut bibir Anita sebelum kembali melumatnya. Nafas Anita berhembusan bercampur dengan nafas Veily yang memburu.
“AHhhhsssh…… ” Anita mendesah ketika ketika Veily berhenti melumat bibirnya, dada Anita bergerak seirama dengan helaan nafasnya,Veily berbisik di telinga Anita, entah Apa yang dibisikkan oleh Veily, Anita menggelengkan kepalanya sambil berkata “Jangan Ahhh…”, Anita menolak keinginan Veily.
Veily terus merengek memaksakan keinginannya, setelah menghela nafas panjang Akhirnya Anita meluluskan keinginan Veily, ada rasa cemas yang menggedor-gedor dadanya, ada sedikit rasa penasaran, namun juga ada rasa takut untuk melakukan sesuatu hal yang baru.
Anita membalikkan tubuhnya, kemudian sedikit menungingkan bokongnya, kedua tangan Anita bertumpu pada tembok. Veily berjongkok kemudian telapak tangannya mengelus lembut betis Anita. Usapan-usapannya semakin naik merayap ke atas, merayapi permukaan paha Anita sebelah dalam. Dengan sekali sentak tangan Veily menarik celana dalam Anita. Lidah Veily mengulas-ngulas lubang anus Anita, membasahinya dengan air liurnya sebagai pelumas dan ditusuknya lubang anus Anita dengan lembut.
“Uhhhh….” Anita menarik pinggulnya ketika jari Veily mengelus lembut lubang anusnya., perlahan-lahan jari Veily menekan-nekan berusaha melakukan penetrasi.
Nafas Anita kadang-kadang memburu, kadang tertahan, kadang menghela nafas panjang dengan tubuhnya yang mengejang ketika perlahan-lahan jari temannya memasuki lubang anusnya.
“Ahhhhhh…, Shhhhhhh, pelanh, pelannhhh….” Anita mengernyit ketika Veily mulai menarik dan menusukkan jari telunjuknya, Veily menghentikan gerakan jarinya, dengan lembut Veily mengecupi buah pantat Anita, Veily memberikan kesempatan pada Anita agar dapat membiasakan diri dengan sebuah jari yang tertancap dilubang anusnya, agak lama barulah Veily melanjutkan gerakan jarinya, ditariknya perlahan kemudian ditusukkannya dengan selembut mungkin.
Tangan Veily yang satunya lagi membelai-belai permukaan vagina Anita yang tanpa jembut, Veily tersenyum, Anita memang rajin mencukur bulu jembutnya, sama juga seperti dirinya, rajin merawat daerah intim di selangkangannya..
Jari Veily mulai melakukan gesekan pada belahan vagina Anita sekaligus menarik dan menusukkan jarinya pada lubang anus gadis itu. Mulut Anita ternganga-nganga tanpa dapat mengeluarkan suara, yang ada hanya desahan nafasnya yang tersendat-sendat.
“Sssshhhhhhh…..,” kepala Anita terangkat keatas, mulutnya sedikit ternganga, kemudian mendesah panjang “Ahhhhhhhhhhhh……..”
“Crrrrrrrrttt… Crrrrtttt….” tubuh Anita mengejang kemudian seperti terhempas dengan lembut, lubang vaginanya berdenyut-denyut membuahkan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.
Mulut Veily buru-buru melumat lubang vagina Anita, diemutnya dengan lembut, dihisapinya cairan-cairan lengket itu sampai kering. Tiba-tiba Veily bangkit berdiri, tangannya bergerak liar menelanjangi Anita, kemudian ia membuka bajunya sendiri, dua gadis cantik itu sudah sama-sama polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuh mereka. Veily memeluk erat-erat tubuh Anita, Anita mendesah sambil membalas pelukan Veily, untuk beberapa saat mereka berdua berdiri saling berpelukan, rasa hangat itu terasa menenangkan, perlahan membakar kemudian dengan lembut mengobarkan api birahi mereka. Veily merundukan kepalanya untuk mencium bahu Anita, kecupan ciuman Veily menjalar mengecupi leher Anita, sebelum akhirnya bibir keduanya menyatu, memangut-mangut, saling mengecup dan saling kulum.
Veily tersenyum kecil sambil menggesek-gesekkan susunya pada susu Anita, Anita juga menggerak-gerakkan susunya, sesekali desahan kecil bergantian keluar dari mulut kedua gadis itu, terkadang gerakan dan desahan kecil mereka berhenti karena terusik oleh seseorang yang memasuki toilet, untuk mencuci tangan, untuk membenahi make up, dan untuk buang air kecil dikamar sebelah mereka, setelah suasana mendukung barulah kedua gadis itu perlahan-lahan memulai kembali kegiatan mereka. Anita menundukkan kepalanya kearah payudara Veily, dikecupinya dengan lembut bulatan susu Veily yang menggembung semakin membuntal padat, sesekali mulut Anita memangut-mangut liar sampai Veily mendesah keenakan. Veily menyandarkan punggungnya pada dinding, sambil menyodorkan vaginanya kedepan dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang, Anita berlutut di antara kedua kaki Veily, tangan Anita merayapi permukaan paha Veily, mata Anita menatap sayu pada belahan vagina Veily sebelum menjulurkan lidahnya keluar dan memoles belahan bibir vagina Veily, dikecupnya bibir vagina Veily dan dihirupnya aromanya yang sangat disukai oleh Anita. Bibir Anita dengan lembut memangut-mangut bibir vagina Veily, jarinya menekan sisi bibir vagina Veily agar belahan itu sedikit merekah. Anita menggerakkan lidahnya mirip seperti sedang mengait sesuatu, mengorek, dan mengulasi daging klitoris Veily yang semakin membengkak. Sesekali Veily menarik vaginanya ketika rasa geli itu semakin hebat menyerang daerah intimnya, namun kemudian menyodorkan kembali vaginanya kemulut Anita. Tangan Veily membelai – belai rambut Anita, sesekali kepalanya terangkat ke atas dengan mata terpejam-pejam menikmati ulasan-ulasan lidah Anita di selangkangannya.
Wajah Veily tampak semakin sensual ketika mendesah-desah, kadang mulutnya seperti hendak mengucapkan kata “A”, kadang meruncing tajam.
“Veilyyy….” Anita mendesah sambil merayapkan jari tengahnya pada belahan pantat Veily, Veily membalikkan tubuhnya, kemudian menungging, kedua telapak tangannya menempel pada dinding.
“Ennhh…, Nit, sakit nggak ?” kini giliran Veily yang merasa khawatir ketika mencoba hal yang benar-benar baru dalam hubungan mereka.
“Sedikit…, “Anita menjulurkan lidahnya, kemudian mengelitiki sela-sela pantat Veily, dikaitnya lubang anus Veily, dikecupinya buah pantat Veily yang bulat padat, setelah anus Veily agak basah terbasuh oleh air liurnya barulah Anita menempelkan jari tengahnya pada lubang anus Veily.
.”Annhhhhh….” Veily menggigit bibir bawahnya ketika merasakan jari tengah Anita mulai mengorek dan menusuk lubang anusnya, ada sedikit rasa pedih ketika jari tengah Anita perlahan-lahan memasuki duburnya.
“Aww….”
Anita menghentikan gerakan jari tengahnya ketika Veily meringis ,
“Terus ?” Anita berbisik, setelah Veily menganggukkan kepalanya barulah jari tengah Anita menekan lebih dalam..
“Cuppp.. Cupppp… Cuppp” Anita mengecupi pinggul, pinggang, punggung dan kemudian mengecupi tengkuk leher Veily. Tangan Anita yang satunya meremas-remas payudara Veily yang membuntal, semakin padat dan kenyal ketika tangan Anita mengelus dan meremasinya.
Veily menolehkan kepalanya kesamping kearah Anita, lidah Veily terjulur keluar menghampiri lidah Anita, mulut Anita terbuka lebar dan mencaplok lidah Veily kemudian dihisapinya lidah Veily dengan lembut, tangan Anita merayap kebawah dan mengelusi bibir vagina Veily, terkadang dengan remas Anita meremas-remas selangkangan Veily, sementara jari tengahnya yang masih mengait lubang anus Veily bergerak keluar masuk dengan lembut. Anita semakin giat merangsang Veily terus menaikkan nafsunya
“Aaaak…” Akhirnya Veily terpekik kecil ketika merasakan letusan nikmat yang diiringi dengan denyutan-denyutan kenikmatan di lubang vaginanya, hanya desahan-desahan kecil yang terdengar dari bibir Veily yang tersendat-sendat “Crrrrrrrrrrrrr… Crrrrrrrrr”
Anita berjongkok, mulutnya mengulum kuat-kuat lubang vagina Veily, kemudian lidahnya membersihkan sisa-sisa lendir kenikmatan di vagina Veily, juga sebagian yang melelehi paha Veily sebelah dalam dengan lidahnya, dihisap dan dijilati sampai bersih. Anita merapatkan buah dadanya pada punggung Veily, kedua tangan Anita menggenggam bongkahan payudara Veily, sesekali terdengar helaan – helanan nafas panjang diiringi oleh suara kecupan kecil. Beberapa saat kemudian setelah “Tuan Peluang memberikan kesempatan” pada Anita dan Veily, pintu yang tertutup itu perlahan-lahan terbuka, mereka keluar dari tempat “Persembunyiannya” , mencuci tangan mereka dan kemudian melap wajah mereka dengan tissue basah, kedua gadis itu berlalu seolah-olah tidak ada kejadian apapun di dalam toilet itu.
Tidak berapa lama, seorang wanita muda masuk ketepat persembunyian Veily dan Anita, keningnya berkerut, menatap dua helai kain segitiga berwarna putih yang tertinggal disudut WC. Kedua gadis itu bergandengan tangan melanjutkan perjalanan, shooping, beli baju, trus Disctara beli DVD, trus beli buku ke Gramedia, dan kini siap-siap naik ke elevator menuju foodcourt untuk mengisi perut mereka. sambil tersenyum-senyum kecil Anita berbisik
“Pssstttt…..Ly…….”
“Hemmmm?” Veily menatap Anita kemudian melirikkan matanya mengikuti arah pandangan mata Anita.
Dengan sengaja Veily menumpangkan sebelah kakinya agar rok mininya tersibak menampakkan sepasang pangkal pahanya yang mulus, Anita tersenyum nakal kemudian melakukan hal yang sama. Berkali-kali laki-laki itu melirik kebawah meja, jakunnya bergerak turun naik, matanya melotot besar menyaksikan pemandangan syur, begitu gempal, mulus, putih dan tampak lembut halus, sepasang pangkal paha yang tersibak itu begitu menggodanya, kedua kaki laki-laki itu merapat berusaha menyembunyikan sesuatu yang mendadak tegang didalam celana dalamnya. Nafas laki-laki itu semakin berat ketika dengan sengaja Veily memiringkan posisi kedua kakinya kearah laki-laki itu dan dengan perlahan-lahan membuka kedua kakinya melebar, Veily pura-pura tidak tahu kalau laki-laki itu sedang mengintipnya. Mata laki-laki itu mendelik ketika menatap selangkangan Veily, dengan terburu-buru seperti teringat sesuatu laki-laki itu kemudian mengambil handphonenya, namun ia kecewa karena pertunjukan sudah usai kedua gadis cantik itu berdiri dan berlalu begitu saja.
Veily dan Anita masuk ke mobil Hyundai Atoz,
“Ha Ha Ha Ha….. ” Veily tertawa lepas
“Napa ? ” Anita keheranan.
“Tadi itu loh, liat nggak mukanya gimana ?”
“Oo, ,Si Doni liatin kita kan he he he?”
“Kamu ngasih liat apa aja tadi ?” Veily tersenyum nakal
“Aku kasih liat paha…, yah dikit sih…?”
“Kalo kamu…..?” Anita balik bertanya.
“Aku kasih liat…… Ehhhhh…..!! Aduhhhhhhh “Veily berseru kaget sambil menunjuk ke arah selangkanganya.
“Eeng, kayaknya ketinggalan tadi ya ?” Anita mengingat sesuatu yang pasti tertinggal di toilet, kain segitiga putih yang seharusnya melindungi daerah intim mereka.
“Jangan-jangan tadi kamu ngasih lihat….” Anita tidak melanjutkan kata-katanya, Anita tertawa terpingkal-pingkal
Wajah Veily merah padam, untuk pertama kali didalam hidupnya seorang laki-laki melihat wilayah intimnya, maksud hati hendak menggoda apalah daya ternyata justru jadi kebablasan.
“Sudah.., Sudahhh, jangan terlalu dipikirkan Ha Ha Ha HA” Anita tertawa ngakak, sambil menyandarkan punggungnya kebelakang.
‘Pantesan tadi rasanya dingin gitu !, Full AC ” Veily menghela nafas panjang
Kemudian menyalakan mesin mobil, tidak berapa lama sebuah mobil Atoz meluncur meninggalkan gedung mall.
***********************
Keesokan harinya
Anita tersenyum-senyum ketika Doni berulang kali memandangi Veily, sedangkan Veily tampak cemberut bercampur jengah. Ya… pada Doni!! teman sekelas yang terkenal menyebalkan, bahkan sampai terkenal di seluruh sekolah, siapa sih yang nggak tahu Doni si rambut keriting, bandel, sok jago, tinggi hati,duh si hitam yang menyebalkan, pada laki-laki inilah Veily memperlihatkan miliknya dan laki-laki itu tengah memandangi dirinya dengan penuh nafsu. Doni si rambut keriting tengah terbuai dengan khayalannya, berselancar dengan pikiran mesumnya, masih teringat jelas pemandangan di foodcourt yang membuatnya tidak dapat tidur semalaman. Doni melangkahkan kakinya, pikirannya masih dirayapi nafsu yang membara akibat “pemandangan indah di foodcourt”, tiba-tiba ia menyaksikan peristiwa yang janggal, Pak Dion menuju gedung sekolah yang sudah lama tidak terpakai, Ira dan Feby mengikutinya dengan wajah tertunduk. Doni bertanya-tanya ngapain ketiga orang itu? Ia memutuskan untuk melakukan pengintaian. Begitu ketika orang itu menghilang dari pandangannya Doni langsung meluncur menuju TKP. Dengan mengendap-ngendap Doni mulai melakukan penyelidikan, langkah kakinya berhenti ketika mendengar suara mencurigakan disebuah kelas, perlahan-lahan Doni mendekati kaca jendela kelas, ia tercekat, nafasnya tertahan , dengan jelas matanya menyaksikan Ira dan Feby perlahan-lahan berlutut dihadapan Pak Dion yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.
Perlahan-lahan tangan Ira dan Feby mengelusi permukaan celana Pak Dion yang menggembung, Doni tahu dengan jelas benda apa yang membuat permukaan celana itu menggembung. Tangan Ira membuka ikat pinggang Pak Dion, kemudian Feby menarik turun resleting Pak Dion, celana panjang Pak Dion pun melorot hingga celana dalamnya tersekspos, tampaknya celana dalam pak dion Hampir tidak dapat menampung penis besarnya yang over size. Perlahan-lahan Feby dan Ira menarik turun celana dalam Pak Dion,
“Cuphhh, Cuphhhh, Cuphhhhhh” Pak Dion terkekeh ketika merasakan kecupan-kecupan bibir kedua gadis itu dibatang kemaluannya menengokkan kepalanya kebawah, memperhatikan Ira dan Feby yang mulai menjilati batang penisnya dengan lidah mereka. Rasanya basah, hangat dan menyenangkan ketika merasakan lidah kedua muridnya menelusuri batang penisnya. Tidak percuma Pak Dion bersusah payah mengajari kedua muridnya yang cantik, bayangkan betapa menderitanya pak Dion ketika harus mengerahkan kemampuannya, mengarahkan kedua muridnya yang cantik, memberikan, saran, koment, kritikan, berjam-jam berteriak-teriak memberikan arahan, sampai bercucuran keringat. Pak Dion menekan belakang kepala Feby ketika gadis itu membuka muluat dan mengulum kepala penisnya. Nafas Feby terasa sesak ketika penis Pak Dion menusuk sampai kekerongkongannya. Feby hanya dapat memejamkan mata , wajahnya mengernyit ketika Penis pak Dion semakin dalam merojok kerongkongannya, kemudian penis yang besar itu bergerak maju mundur,setelah puas Pak Dion menarik batang penisnya dari mulut Feby kemudian menyodorkannya kemulut Ira, Ira membuka mulutnya lebar-lebar, penis itu bergerak-menekan-nekan semakin dalam, ditarik sedikit kemudian ditekannya semakin dalam merojoki kerongkongan gadis itu. Pak Dion semakin kencang memacu Penisnya..
“Ahhhhh, Uhhhhhhh…..” Ira menarik kepalanya untuk mengambil nafas,
Dengan terburu-buru Ira memasukkan penis Pak Dion kedalam mulutnya ketika mendengar helaan nafas kekecewaan Pak Dion. Penis Pak Dion kembali bergerak keluar masuk merojoki kerongkongan Ira, berkali-kali wajah Ira mengernyit ketika penis Pak Dion merojok kerongkongannya.
Pak Dion mengambil sebuah kursi dan duduk dengan santai diatas kursi itu, Hmmmmm, untuk sesaat Pak Dion menimang-nimang, siapakah yang akan disantapnya terlebih dahulu, Ira atau Feby ?
“Ira…..,” Pak Dion memanggil nama gadis itu
Ira tertunduk, tanpa berani menatap wajah Pak Dion, perlahan-lahan Ira mendekati pak Dion,
“Nah, buka celana dalam kamu,…” Pak Dion tersenyum mesum.
Ira membuka celana dalamnya menuruti perintah Pak Dion. Kemudian dengan perlahan-lahan ia berusaha mengangkangi batang penis Pak Dion. Batang Penis itu bersembunyi kebalik rok Ira dan mendekati belahan vaginanya. Tangan Pak Dion mengangkat rok Ira agar dapat memastikan kepala penisnya berada di jalur yang benar. Ira menurunkan pinggulnya,
“Ohhhhhhhhhhhhh…………” Ira mendesah lirih ketika penis itu terbenam semakin dalam, entah kenapa Pak Dion lebih suka menyetubuhi ketika Feby dan Ira ketika mereka masih lengkap mengenakan pakaian seragam SMA, mungkin dengan begini image mereka sebagai gadis SMA dan muridnya terasa lebih kental, di benak dan nafsunya.
Doni tidak dapat melihat dengan jelas, namun Doni yakin kalau penis Pak Dion pasti sudah menembus vagina Ira. Buktinya Ira merintih setiap Pak Dion bergerak menyentak-nyentak dalam gerakan yang berirama.
“Krett… Kretttt. Krettttt”
“Ahhhhh, Ahhhhhhh, Ahhhhh Pakkkkk….”
Suara deritan kursi bercampur dengan rintihan dan desahan Ira
“Nhhhhhh…, Ahhhhhhhhhhhhhhhh, Ennnhhhhhhhhhhhhh” Ira tampak giat menggerakkan pinggulnya naik turun, tangan Pak Dion bergerak membantu muridnya yang cantik sambil menyentak-nyentakkan penisnya ke atas ketika pinggul Ira bergerak turun.
“Aduhh… Pakkkk, Aduhhhhh, Crrrr Crrrrrrr….” Ira rubuh dalam pelukan Pak Dion, tangan Pak Dion memeluk erat-erat tubuh Ira, tangan kirinya merayap dan menekan bokong Ira dengan kuat, dilanjutkan dengan tangan kanannya yang membelai rambut Ira dengan lembut, hidungnya kembang kempis mengendusi harum rambut gadis itu, Pak Dion ingin menunjukkan sisi kelembutannya sebagai kepala sekolah yang selalu mengasihi murud-muridnya, tentu saja dengan “catatan khusus”, untuk murid-murid yang cantik. Setelah menunggu beberapa saat Pak Dion menepuk-nepuk pinggul Ira dengan lembut. Ira mengalungkan kedua lengannya pada leher Pak Dion, bibirnya mengecupi bibir kepala sekolah bejat itu seolah memohon agar ia dapat bersabar, pak Dion membelai wajah Ira, kemudian bibirnya melumat bibir gadis itu dengan lembut. Bibir Pak Dion berpangutan mesra dengan bibir muridnya yang cantik, lidah Pak Dion mengait dan membeliti lidah Ira kemudian menghisapi lidah Ira yang terjulur keluar yang dilanjutkan dengan melumat dan mengulum bibir gadis itu. “Ckkk, Ckkkkk Ckkkkk…..”, suara mulut Pak Dion berdecakan dengan mulut Ira. Tangan Pak Dion kembali menepuk-nepuk lembut pinggul Ira, kali ini pinggul Ira bergoyang seperti bermain hula hop, sebelum naik turun dalam gerakan-gerakan tubuhnya yang erotis. “Annnhhhh…, Annnnnnnnnnnnhhhhh,,, Annnnhhhh… “Suara tertahan dari mulut Ira terdengar berirama semakin panas dan panas. Tangan Pak Dion mengelusi pinggang Ira kemudian tangannya merayap mulai melepaskan kancing baju seragam Ira, nggak semua memang hanya sampai sebatas pusar, dan meninggalkan satu kancing baju terakhir tetap mengait di baju seragam Ira. Pak Dion menarik cup bra Ira sampai sepasang payudaranya tersembul dengan indah menantang mata Pak Dion.
Pak Dion menggerakkan punggungya ke depan, tubuhnya mirip seperti hendak membungkuk ke depan secara otomatis punggung Ira terdorong ke belakang mirip seperti orang hendak terjengkang kedua kakinya mengangkang tanpa daya di samping pinggang Pak Dion, namun Ira tidak jatuh karena tangan Pak Dion yang berbulu menopang pinggang dan punggungnya dan terus membungkuk sampai mulutnya sejajar dengan payudara Ira, dikecup-kecupnya bulatan payudara Ira yang putih, berkali-kali wajah Pak Dion terbenam ditengah-tengah payudara Ira, mengendusi dan mengecup, lidahnya terjulur menjilati bulatan susu Ira, mengemut puncak payudara gadis itu dan melumat kuat-kuat putingnya yang semakin mengeras.
“Ahhhhhhhhh…! ” Ira menjerit keras ketika tiba-tiba Pak Dion bergerak memacu penisnya kuat-kuat, sekaranglah waktunya Pak Dion membuka topeng kelembutannya sebagai kepala sekolah, dan mengganti topeng di wajahnya dengan topeng kebuasan berlapiskan nafsu binatang.
“Ha Ha Ha…, gua entot luh, Hih, gua ijut memek lu sampe bucat” Pak Dion memacu penisnya semakin kasar dan kuat. Ira merintih-rintih dan sesekali mengerang keras ketika penis Pak Dion yang over size itu mulai mengoboki vaginanya, Ira meringis merasakan gerakan-gerakan kasar di vaginanya.
Batang penis Pak Dion keluar masuk dengan semakin kasar, Pak Dion ingin mendengarkan rintihan Ira, jeritan-jeritan Ira, dan erangan Ira, sedangkan Ira berusaha bertahan , mempertahankan secuil kehormatannya yang tertinggal.
Pak Dion berusaha semakin gencar, lebih gencar dan lebih gencar lagi, namun Ira tetap bertahan dan hal ini membuat Pak Dion sangat kecewa.
“Hermmmh…, berdiri !!!! ” Tiba-tiba Pak Dion menggeram kesal, dengan tegas Pak Dion memerintahkan Ira untuk berdiri, Ira mendesah perlahan ketika kemaluan Pak Dion terlepas dari lubang vaginanya.
Ira menopangkan kedua tangannya pada meja, sesuai dengan perintah Pak Dion.”Plak.., Plakkkk… Plakkkkkkk…..” tangan Pak Dion memukuli Pantat Ira, tidak ada lagi kelembutan diwajahnya, yang ada hanyalah nafsu yang menggelegak, Ira menungging sambil melebarkan kedua kakinya.
Sambil menelan ludah Ira menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan rok seragam sekolahnya disibakkan ke atas. Rok seragam abu-abu Ira sebagian menutupi pinggangnya dan sebagian lagi tergantung di hadapan pahanya. Pak Dion meremasi buah pantat Ira, kemudian ditempelkannya kepala penisnya pada lubang dubur Ira, dengan sekali sodok terbenamlah kepala penis Pak Dion ke dalam lubang anus Ira. Ira menggigit bibirnya sendiri, menahan agar teriakannya tidak keluar dari mulutnya. Mata Ira mendelik merasakan sodokan-sodokan kasar batang penis Pak Dion menggesek lubang anusnya yang kering. Tangan Pak Dion menjambak rambut Ira ke belakang, sambil memompakan penisnya dengan lebih cepat.
“Arhhhhhh, Arhhhhhhhh,,, Arhhhh, Awwwww, Ahhhhhhhhhh” Ira tidak sanggup lagi empertahankan jeritannya, siksaan itu terlalu berat bagi dirinya, gadis itu menjerit-jerit dan mengerang kesakitan ketika penis Pak Dion menyodomi lubang anusnya dengan kasar, belum lagi rasa sakit akibat jambakan tangan Pak Dion pada rambutnya. Ya, inilah yang ingin didengarkan oleh Pak Dion, jeritan-jeritan Ira, erangan-erangan muridnya yang cantik, Pak Dion semakin bersemangat untuk mengaduki lubang anus Ira dengan cara yang baik, benar, dan merata, sampai Ira semakin keras mengerang dan menjerit.kesakitan. Pak Dion menundukkan kepalanya dan berbisik ditelinga Ira
“Sudah berapa kali Bapak bilang, Bapak ingin mendengar jeritan kamu, erangan keras kamu, dan rintihan kamu, Bapak rasa permintaan Bapak nggak terlalu sulit bukan ???!!!! ” Pak Dion menggeram kemudian menampar pinggul Ira.
“Iy.. Iya.., Pak Iya….” Ira menganggukan kepalanya, Pak Dion melepaskan Jambakannya pada Rambut Ira, Kedua tangan Pak Dion mencengkram bahu Muridnya.
“Ahhhhhhh….!! Arhhhhhhhhhh…..!! Arhhhhhhhhh….!! ” Ira berusaha mengikuti keinginan Pak Dion, bibirnya mengerang dan merintih sekeras yang dapat ia lakukan, ketika Pak Dion membetot dan menjebloskan penisnya berkali-kali ke dalam anusnya.
“Gimana , semakin kerasakan enaknya dientot ???” Pak Dion bertanya dengan nada mengejek dan melecehkan.
”Emmmhhh,, Arrrrrrr…. Shhhhhh, Aaaaaaaa” Ira menganggukkan kepalanya tanpa berani berhenti meringis dan mengerang dengan kuat sambil menahan rasa panas, pedih dan sakit dilubang anusnya..
Pak Dion membelai-belai kepala Ira, kemudian mencabut batang penisnya dari lubang anus Ira, dilepaskannya pengait rok seragam Ira, kemudian tangannya menarik turun resleting rok Ira. Bibir Pak Dion tersenyum ketika rok seragam Ira terhampar di bawah kaki gadis itu.
“Nah, sekarang bapak kasih dua pilihan, mau pakai dubur kamu atau vagina kamu , terserahhh, self service aja deh, he he he” Pak Dion berkacak pinggang.
Tanpa harus ditanya untuk yang kedua kali Ira membalikkan tubuhnya, tangannya menyambar batang penis Pak Dion kemudian berusaha menjejalkan, memasukkan kepala penis itu ke dalam lubang vaginanya, mulut Ira mendesis ketika kepala penis Pak Dion perlahan-lahan terbenam menancap di lubang vaginanya kemudian Ira mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion.
“Esshhh, Ahhh, Esshhhhhh, Ahhhhhhhhh,” Pinggul Ira bergerak dengan cepat sambil mendesis, mengerang dan menjerit dengan kuat, pinggulnya bergerak maju mundur, apakah karena dirinya suka melakukannya, menikmatinya ?? bukan, bukan karena suka, bukan karena senang, tapi takut.., takut untuk disakiti.
Tangan Pak Dion mengusapi pinggang Ira, sambil kemudian memacu batang kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion semakin senang mendengar rintihan Ira karena pelajaran darinya dapat ditangkap dan diterima dengan baik oleh gadis itu. Semakin lama gerakan-gerakan Ira semakin goyah dan rapuh, apalagi ketika Pak Dion semakin memperkuat tempo serangannya “Akhhhhhhh Crrrr. Crrrrr” Ira memekik kecil, sebelum akhirnya mengerang keras “Ennnnnnnnggghhhhhh, Arrrhhhhhhhhh… “
Kedua tangan Pak Dion menopang pantat Ira agar tidak turun,
“Bagus, bagus, kamu tambah pandai, biarpun belum cukup pandai, nggak apa koq, perlahan-lahan bapak akan mengajari kamu,”
Pak Dion kembali memakai topeng kelembutannya, kemudian mendorong penisnya agar tenggelam sedalam-dalamnya. Rasanya enak banget ketika batang penisnya berendam didalam vagina Ira. Dinding vagina Ira melakukan massage pada penis Pak Dion. Pak Dion mendudukkan Ira di pinggiran meja, kemudian diletakkannya kedua kaki gadis itu pada pinggiran meja dalam posisi mengangkang, mirip banget seperti huruf “M” yang indah, kedua tangan Ira bertopang kebelakang, untuk menahan tubuhnya
“Uhhhhh.., Ahhhhhhhhh, Ahhhhhhhhhhh…., Ahhhhhhhh” Ira menengadahkan kepalanya ke atas, matanya terpejam rapat ketika batang penis Pak Dion kembali menyumpal lubang vaginanya yang sudah kemerahan kemudian mengocoki lubang itu dengan lembut.
Ira mendesah dengan kuat, beban besar di pundaknya terangkat oleh rasa terangsang, rasa tertekan itu diusir jauh – jauh, kemudian ditiup terbang oleh rasa kenikmatan yang merayapi sekujur tubuhnya.
“Emmmrrrhhhhhh, Engggghhhhh, Errrhhhhhhhhhh” Ira menggeram dan mengerang liar, sesekali ia bergerak menyorongkan vaginanya menyongsong datangnya sodokan penis Pak Dion.
Pak Dion semakin kasar dan kuat menghujam-hujamkan batang penisnya, suara celupan-celupan batang penis kedalam vagina Ira terdengar dengan keras.
“Brukkkk…, Crrruttttt…. Cruuuutttttt” suara punggung gadis itu yang terjatuh ke atas meja, bibirnya tidak pernah henti mendesah dan mengerang, karena disuruhkah ? bukan , samasekali bukan karena perintah pak Dion, Ira merintih keras, sekeras dorongan nafsu birahinya yang meledak-ledak. Pak Dion menarik batang kemaluannya dengan kasar. Cairan kewanitaan Ira meleleh membasahi meja ketika Pak Dion mencabut batang kemaluannya.
“Feby…” Pak Dion memanggil Feby.
“Ehmmmm…!!!” Pak Dion mendehem dengan agak keras, karena Feby masih bengong, agak miris juga Feby ketika menyaksikan Ira disetubuhi dengan kasar.oleh kepala sekolahnya.
“Saya pak…, Iy Iya…” Feby tercekat dan buru-buru berlutut dihadapan pak Dion, mulut Feby membersihkan batang penis Pak Dion, air liurnya membasuhi penis itu, setelah bersih dari cairan-cairan lengket, Feby memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, kemudian kepalanya bergerak maju mundur mengoral batang penis pak Dion.
Pak Dion mengangguk-angukan kepalanya sambil tersenyum lebar, Feby memang pandai, dan dapat mempelajari “hal baru” dengan cepat. Kerongkongan Feby bergerak seperti meremas-remas kepala kemaluan Pak Dion, ada sebuah sensasi nikmat yang berbeda yang membuat pria itu menggeram keenakan ketika Feby mengoral penisnya. Mata Doni melotot semakin lebar, batang kemaluannya sudah tegang sedari tadi, nafsu birahinya memuncak, wajahnya memerah dengan nafasnya yang tidak beraturan menyaksikan persetubuhan yang menggairahkan itu. Feby menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan sehingga kepala penis Pak Dion bergesekan dengan rongga mulutnya, lidah Feby memutari kepala penis pak Dion dan mengoreki lubang mirip tanda “-” di kepala penis itu kemudian dilumatnya kuat-kuat. Feby mengeluarkan penis Pak Dion dari mulutnya, telapak tangan Feby menggenggam penis dan bergerak mengocok-ngocok batang penis Pak Dion, sedangkan telapak tangan Feby yang satunya lagi mengelusi dan meremasi kepala penis itu. Cukup lama Feby memainkan penis Pak Dion, kini pria itu meminta lebih dari sekedar dioral.
Feby langsung menungging diatas lantai, pasrah, pak Dion tersenyum sambil
Berlutut dibelakang pantat Feby, tangannya menarik Rok seragam Feby keatas agar tersibak , kemudian tanpa basa-basi pak Dion menarik celana Dalam Feby hingga melorot sebatas dengkul kaki gadis itu.
“Ahhh, ennh, enhhh Enhhhhhh!!! ” Feby merengek dengan keras ketika kepala penis Pak Dion mulai melakukan penetrasi ke lubang duburnya.
“Arhhhhhhhhhhh…..!! “Feby menjerit keras-keras, Pak Dion gembira mendengar jeritan keras Feby ketika kepala penisnya menerobos lubang dubur Feby yang kering dan sempit. Feby mengerang keras, menjerit panjang dan merintih sekuat-kuatnya ketika penis Pak Dion semakin kasar merojoki lubang anusnya.
“Bagus, Bagus, Ha Ha Ha HA ” Pak Dion semakin bersemangat menggenjoti lubang dubur Feby , semakin keras Pak Dion menggenjot semakin keras pula Feby mengerang, merintih dan menjerit-jerit.
Pak Dion menggerakkan penisnya seperti sedang mengocek-ngocek sesuatu kemudian ditarik dan ditekankannya penisnya dalam-dalam kemudian dikocek-kocek lagi dan disentak-sentakkannya dengan kuat.
“Urhhhhh, Nnnnggghhhhh.., Errrhhhhhh, Emmmrrrrhhhhhhh” Feby mengerang, kedua tangannya ditarik oleh Pak Dion ke belakang, kemudian penisnya semakin kuat mengocoki lubang anus gadis itu. Erangan Feby semakin keras ketika Pak Dion mengkombinasikan gerakan penisnya seperti orang yang sedang mendongkrak sesuatu. Nafas Feby terengah-engah ketika Pak Dion menghentikan gerakannya yang brutal. Tangan Pak Dion mengusapi pinggul Feby, membiarkan gadis itu untuk mengambil nafas, setelah nafas Feby agak tenang Pak Dion kembali memainkan penisnya, kali ini dengan lebih lembut, ditariknya kemudian ditekankannya penisnya dengan lembut.
Mata Pak Dion terpejam-pejam menikmati remasan-remasan nikmat pada batang penisnya tanpa mempedulikan Feby yang terus mendesah-desah dengan sesekali diselingi erangan keras. Pak Dion kembali mempercepat pacuan penisnya, tangannya mendekap pinggul Feby dan menghantamkan penisnya sekuat-tenaga sampai Feby terdorong-dorong dengan keras.
“ekkkS… ekkkS, Henggghhhh, Errrhhhhh, Ahhh! Ahhhhhhh” suara itu berkali-kali terdengar dengan keras dari mulut Feby ketika penis Pak Dion menghantam keras lubang vaginanya “Plokkk, Plokkkkk… Plokkkkkk” suara benturan buah pantat Feby yang dihantam selangkangan Pak Dion. Dari iramanya dapat dipastikan Pak Dion sedang mempercepat pacuan batang penisnya. Setelah habis-habisan menyodomi muridnya yang pandai dan cantik barulah Pak Dion menarik penisnya keluar dari anus Feby. Tangan Pak Dion meraih pingang Feby dan menariknya berdiri, lalu mengusap keringat dikening Feby kemudian mengulum-ngulum bibir Feby yang terus berdesahan dengan keras, Feby berusaha mengangkangkan kedua kakinya ketika Pak Dion mengarahkan batang penisnya ke belahan vagina gadis itu. Tangan Pak Dion mendekap bokong Feby kuat-kuat dan mengangkat tubuh Feby, Kedua kaki Feby melingkar mengait pinggang Pak Dion sedangkan kedua tangannya melingkar, berkalung pada Pak Dion.
“Ahhh, Ahhhhh, Ahhhhh Ahhhhh….” Berkali-kali Feby merintih keenakan ketika tubuhnya mulai terayun-ayun semakin lama semakin cepat, rengekan manjanya terdengar menggairahkan.
Jeritan-jeritan Feby membuat jantung Doni berdebar-debar dengan keras, sungguh kontras tubuh Feby yang terayun-ayun ketika bersanding dengan tubuh Pak Dion, tubuh gadis itu tampak basah oleh cucuran keringat, rintihannya begitu renyah menggoda.
Pak Dion menurunkan tubuh Feby kemudian mendudukkan Feby di atas kursi. Mata Doni dapat melihat dengan jelas ketika Pak Dion menusukkan kedua jarinya kedalam lubang vagina Feby, kemudian tangan itu bergerak maju mundur sampai nafas Feby terdengar tersendat-sendat diiringi rengekan-rengekannya, kedua tangannya memegangi tangan pak Dion berusaha menghentikan gerakan tangan itu yang semakin kasar namun pak Dion menepiskan tangan Feby. Jempol tangan Pak Dion bergerak seperti sedang mengurut-ngurut sesuatu, Doni yakin jempol Pak Dion pasti sedang menguruti klitoris Feby. Mulut pak Dion memangut-mangut sepasang susu Feby yang sudah basah berceceran keringat. Air liur Pak Dion Membasuh bulatan payudara Feby, mulutnya meruncing ketika menyedoti putting gadis itu yang merah muda, sesekali Pak Dion mengigit gemas bulatan payudara Feby sampai meninggalkan bekas gigitan, tanpa mempedulikan Feby yang meringis kesakitan Pak Dion terus menggarap putting Feby dengan giginya yang tajam, digesek-gesekkannya giginya pada putting itu sebelum menggigit-gigit kecil putting Feby yang meruncing. Ciuman-ciuman Pak Dion semakin turun ke perut, dan terus menjalari permukaan vagina Feby, Pak Dion menggesek-gesek kuat klitoris Feby dengan jari jempolnyanya “Ennnhhhh…, Crrrttt.. Crrrr….”
Tangan Pak Dion mengangkat dan membuka kaki Feby mirip huruf “V”, Feby merengek kemudian terisak menagis, gadis itu merasa tidak berdaya dalam cengkraman Pak Dion yang terus menyetubuhinya dengan berbagai macam gaya dan posisi. Pak Dion terus mengenjot-genjot vagina Feby, semakin dalam dan kuat, ada rasa kepuasan tersendiri bagi Pak Dion ketika menatap Feby yang menangis sambil terus digenjoti olehnya, ada sesuatu yang berbeda yang membuatnya semakin bersemangat menggenjoti lubang vagina Feby, Pak Dion ingin agar Feby semakin keras menangis, semakin keras menjerit dalam keputusasaan , dalam cengkraman kekuasaannya. Penis Pak Dion terus merojok dalam-dalam lubang vagina Feby.
Tiba-tiba Pak Dion mencabut penisnya, karena sudah puas ? Belumm !! Pak Dion belum puas, ia hanya membiarkan Feby beristirahat sejenak, meninggalkannya menangis terisak-isak dalam ketidak berdayaannya. Pak Dion duduk kembali di atas kursi. Tanpa dapat menolak Ira bergerak turun ketika Pak Dion memerintahkannya turun, pria itu membalikkan tubuh Ira agar gadis itu memunggunginya kemudian menarik pinggul Ira.
“Ahhhh.. ! Ahhhh ! ” dengan keras Ira mendendangkan sebuah lagu kesukaan Pak Dion, Pak Dion memacu penisnya dengan kuat, kadang bergerak perlahan-lahan. Penis Pak Dion menggoda Ira yang memberikan respon yang menggembirakan dengan rintihan-rintihannya, rengekan-rengekan kecilnya dan jeritan-jeritan kerasnya ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan batang penisnya dengan kasar menghujami vaginanya.
Lagi asik-asiknya Doni mengintip tiba-tiba ” Bukkkkk….” tengkuknya dihantam dengan keras, Doni kehilangan kesadarannya, dan ambruk tanpa daya.
“Huahhhhh….!! ” Doni membelakkan matanya, ada rasa nikmat yang mengeluti batang kemaluannya, dan menyadarkannya hingga akhirnya Doni terbangun dalam kenikmatan bercampur rasa pening di kepalanya yang berputar-putar.
“Ha Ha HA HA” terdengar suara beberapa orang , tertawa terbahak-bahak
Doni menggerak-gerakkan tangannya yang terikat, kedua kakinya mengangkang lebar-lebar, dengus nafasnya meburu ketika menengokkan kepalanya kearah batang penisnya, ternyata Ira dan Feby tengah asik melumat, menjilati dan mencumbui penisnya. Membutuhkan waktu yang lama ketika Feby dan Ira berusaha mengalahkan penis Doni, sampai akhirnya Doni harus menggakui kelihaian mulut mereka. “Ahhhhhhhhh….!! Crrrooot…, Croooottttt” Dengan jelas Doni dapat melihat batang penisnya menyemburkan cairan sprema seperti air mancur.
“Hemmmm, cukup lama juga ternyata….” Pak Dion tersenyum menatap Doni, kalau dari ukuran, batang Doni lebih kecil dari milik pak Dion, sekitar 17 cm namun daya tahannya tidak kalah dari Pak Dion.
Pak Dion cs menawarkan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditolak oleh Doni, sebuah kenikmatan yang selama ini selalu dirindukannya, dicari setengah mati dengan susah payah, belum lagi termasuk patah hati berkali-kali yang harus dialaminya ketika menjajakan gerbang cinta dihatinya, wajah Doni tersenyum lebar dan mengangguk.
************************
Keesokan harinya
Dari kejauhan mata Pak Dion mengawasi Veily dan Anita, bibirnya tersenyum-senyum, ” Bagaimana hasil penyelidikan kamu?” Pak Dion menghubungi seseorang dengan Hpnya.
“Bagus, bagussss, Ha ha ha ha ha ha ha,” Pak Dion tertawa senang, tinggal menghitung hari sebelum kedua gadis cantik itu jatuh dalam genggaman kekuasaaannya, untuk sementara Pak Dion Hanya mengetahui kalau Veily dan Anita adalah pasangan lesbi, tapi yang paling penting kini Pak Dion mempunyai seorang mata-mata yang dapat berbaur di antara para murid untuk mencari informasi penting yang ia butuhkan.Doni, nama mata-mata Pak Dion, si kepala sekolah bejat, yang kini menyusup diantara para murid, menguping setiap pembicaraan mereka, menyampaikan gosip-gosip yang beredar di kalangan para murid, dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan oleh Pak Dion cs.
“Pak Dion, kalau bisa sih.., Maya, Reina, Farida, juga dimasukkan dalam daftar kemarin, he he he ” Doni tersenyum-senyum mesum.
“Trussss, Feifei, Cheria,Cindy, Mia, “
“Ooo.., jangan lupa, Vivi si toket gede, wah pasti asik loh Pak, susunya itu, terus… ” Doni mulai memberikan masukan-masukan untuk pak Dion.
“Nanti saya coba cari tahu dehhh…, mungkin saya dapat menemukan informasi yang berguna tentang mereka. bagi Pak Dion” Doni kemudian menggakhiri pembicaraannya.
Doni menengokkan kepalanya ke kiri dan kanan kemudian berlalu sambil bersiul-siul senang.
Aku menutup buku harianku
Keadaan semakin tidak menguntungkan,
Penjaga perpustakaan sih sudah pasti,
Setali tiga uang dengan Pak Dion
Aku, Vivi, Farida dan Reina terus memantau
Setiap situasi dan kondisi yang mungkin berubah sewaktu-waktu.
Tampaknya Pak Dion semakin melebarkan sayapnya.
=============================================================
“Ya…Masukkkk….!! ” Pak Dion tersenyum – senyum ketika pintu kantornya diketuk pada siang hari dimana para murid sudah berhamburan pulang, senyumannya tambah lebar mirip senyuman srigala buas yang kelaparan.
Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Dion mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat. Pak Dion tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau….. rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Dion mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di hadapan mereka. Anita dan Veily saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.
“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Dion terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Veily.
“Ehhhh….!! ” Pak Dion merasa tersinggung ketika Veily menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari kursinya dan
”Plakkkkkk!!! “
“Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”
“Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Anita menahan tangan pak Dion yang melayang hendak kembali menampar wajah Veily.
“Hmmmmmhhh…….” Pak Dion mencoba meredakan emosinya.
“Baiklah, nama kamu Anita ya ??” Pak Dion membelai kepala gadis itu, Anita mengangguk kecil.
“Sekarang coba kamu ciuman dengan Veily, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”
Anita menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Veily, nafas Veily memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Veily, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Dion tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Anita dan Veily saling melumat dengan mesra
“Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.
Veily merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Dion, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Anita.
“Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Dion berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Anita sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Veily. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Dion untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.
Tangan Pak Dion memaksa kedua paha Veily untuk mengangkang, ia menatap wajah Veily dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Veily hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.
“Awwww…..!! ” Veily memekik kaget ketika jari tangan Pak Dion mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.
Wajah Veily merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Veily semakin berat, berkali-kali Veily merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.
“Nah Veily, coba sekarang kamu buka bajunya Anita…” Pak Dion memerintahkan Veily, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Dion, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Anita kemudian menarik lepas baju seragam temannya.
“Sekarang buka BH-nya….” Pak Dion memberikan instruksi lebih lanjut dan Veily melaksanakan instruksi Pak Dion, Anita merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Dion tertawa senang.
“Nah, Sekarang giliran Anita….., Buka baju ama BH-nya Veily…” Pak Dion meleletkan lidahnya ketika Anita mulai melaksanakan instruksinya.
“Luar biasa….!!” mata Pak Dion berbinar-binar menatap keindahan tubuh Veily dan Anita.
Tangan Pak Dion mencekal pergelangan tangan Veily dan Anita kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.
“Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Dion cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.
“Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Dion membentak karena Anita dan Veily tidak menyimak pelajaran darinya.
Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Veily membuka ikat pinggang Pak Dion sedangkan Anita menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Dion sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Dion. Veily dan Anita memalingkan wajah mereka ketika Pak Dion meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”
“Ayo Anita jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Veily…” Pak Dion membujuk Anita agar mau menatap batang kemaluannya.
“Ihhhh…gede amat….” Anita tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.
“Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Dion tersenyum sambil menekankan kepala Veily dan Anita kearah batang kemaluannya.
“Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Dion menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Anita dan Veily yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.
“Bagus, cukup pandai.., ” Pak Dion mengelus-ngelus kepala Veily dan Anita, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Dion, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Dion yang berwarna hitam kecoklatan.
“Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Dion menekan kepala Anita sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Veily menatap Anita yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Dion, mulut Anita bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Dion, sementara kedua tangan Anita menggenggam penis Pak Dion yang besar.
“Anitaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Veily yang nyicipin kontol Bapak…..”
Anita melepaskan kemaluan Pak dion kemudian menyodorkannya pada Veily, sebentar Veily menatap kepala kemaluan Pak Dion sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Anita seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Anita menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Veily kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Veily terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Dion sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Anita dan Veily menservice kemaluan Pak Dion, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Dion. Pak Dion menarik tubuh Anita kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Anita dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Anita yang masih rapat.
“Aaaakkhhh……!! ” Anita membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.
“Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Anita menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.
“Veilyyyyy….,Ahhhh.., “Anita memekik sambil menggenggam erat tangan Veily ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion merobek-robek selaput perawannya, Veily membelai-belai kepala Anita, berusaha menenangkan Anita yang sedang diperawani oleh Pak Dion.
Pak Dion terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Anita.
“Pelan-pelan Pakkk, ” Veily memohon memelas pada Pak Dion, agar Pak Dion menyetubuhi Anita dengan lebih lembut.
“Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Anita…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Dion menggenjot vagina Anita dengan kasar sampai Anita memekik – mekik kesakitan.
“Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan Veily menahan gerakan pinggul Pak Dion yang sedang menggenjot-genjot vagina Anita.
Pak Dion tersenyum-senyum ketika Veily mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Anita yang terlentang pasrah, tangan Veily mengelus-ngelus payudara Anita, diusapnya payudara Anita sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.
“Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,
”Ahhhh…………… ” Anita mendesah ketika merasakan tangan Veily mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Dion mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.
“Ahhh…, Ahhhhhhh, Veily” Anita merintih sambil mendekap kepala Veily yang sedang mencumbui puncak payudaranya.
Mulut Veily mengecupi buntalan payudara Anita yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Anita dengan kuat. Serangan Veily di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Dion akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Anita, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.
“Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Anita memejamkan matanya, Veily agak tercekat ketika menatap Anita, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”
Anita tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Dion mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Anita
“Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Anita memekik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Dion terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.
“Anitaa ??!! ” Veily tercengang , Anita yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Dion yang membuat Anita berubah menjadi liar seperti ini ???
“Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Anita semakin keras merengek ketika Pak Dion semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.
“Arhhhhh….!! “Anita mengerang keras ketika penis Pak Dion mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.
“Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Anita mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Dion yang membuat Anita berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memekik kecil
“Ahhhhh…, Pak Dionnnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Anita mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Dion menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Anita. “Plophhhh”
“Veily.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Dion memerintahkan Veily agar duduk di atas kursi empuknya.
“Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Dion membimbing Veily dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Veily agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Dion menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Veily merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Dion yang memburu menerpa permukaan vaginanya.
“AHHHHH…!! ” Veily tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Dion menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya. “Slllcckkkk….Sllllcccckkk kk… Slllccckkkkk!! “
.
“Ennnhhhhhh……” Tubuh Veily kelojotan ketika mulut Pak Dion tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Dion.
“He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Dion mengangkat kepalanya ,
Veily terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.
Veily menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Dion mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Veily merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Dion yang menggeseki belahan vaginanya.
“AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Dion mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.
“Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Veily menatap Wajah Pak Dion sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Dion, Pak Dion tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Veily pada leher penisnya.
“Uuuuhhhh……” bibir Veily meruncing ketika merasakan penis Pak Dion mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Veily menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.
“Awwww…., Aduhhhhh……” Veily mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Dion bersuka ria merobek-robek selaput daranya,
Sambil meremas induk payudara Veily, Pak Dion menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Veily terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Dion yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Dion, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!! Veily mengumpat dalam hati.
Pak Dion menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Veily sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.
“Hemmmppphhh…..” Veily bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memekik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.
Pak Dion menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,
“Clepp.. Cleppp Cleppp….”
“Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Veily tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Dion, Pak Dion malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Veily.
“HHhhsshhh…..” Veily berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Dion meremasi induk payudara Veily yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Dion mencekal tungkai lutut Veily sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Veily mirip huruf “M” yang sangat indah. Veily meringis ketika Pak Dion menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Veily tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Dion kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Veily yang seret dan sempit.
“Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun, enak bangetttt…..” Veily membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Dion yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Anita, Hmm, pantesan Anita malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Dion.
“Ahhhh… Pak Dionnnn, Ahhhhhh….” Veily menatap sayu wajah Pak Dion, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.
“He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Dion mencekal pinggang Veily kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Veily melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”
“Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Veily mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Veily merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Veily mendesis lirih.
Pak Dion meraih pundak Veily kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Veily yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu. “ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Veily yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Dion menolehkan kepalanya pada Anita yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Dion dan Veily.
“Anita sini…” Pak Dion memanggil Anita, perlahan-lahan Anita mendekati pak Dion.
Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Anita agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Dion melingkari pinggang Anita, setelah mengecup pipi Anita, Pak Dion kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Veily. Veily menatap Anita dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Anita semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Veily. Dengan lembut Anita melumat bibir Veily.
“Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Dion tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Anita yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Veily Pak Dion mencari cari kelentit Anita.
“Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Anita mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Dion, sementara Veily mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Dion.
“Ahhhh Ahhhhh… Pak Dionnn…..”
“Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”
Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Dion yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.
“Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”
“Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”
Pak Dion semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.
“Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Dion bertanya pada kedua muridnya, Anita dan Veily menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.
“Ayo kalian bersujud di depan kontol Bapak….” tangan kanan Pak Dion berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Anita dan Veily berlutut di hadapan penis Pak Dion.
“Kalian boleh minum tapi harus lewat kontol Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Dion memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.
Anita dan Veily terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Dion, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.
“Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Veily dan Anita menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion begitu menggoda mereka.
“Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Veily langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.
“HA HA HA HA HA HA…..” Pak Dion tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Anita mengikuti jejak Veily.
“Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Dion memerintahkan agar Veily dan Anita membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Anita yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya
“Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Anita, selesai mengisi mulut Anita, Pak Dion mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Veily.
“Glukkk… Glukk”
“Ceglukk…. Gluk”
Anita dan Veily yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Dion berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.
“Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa kontol , HA HA HA” Pak Dion tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.
Pak Dion mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dientot dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memek kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT MEMEK KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )
“Setelah pelajaran dientot, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngentotin Bapak…. He he he…..” Pak Dion menarik Veily dan Anita ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.
Tubuh Pak Dion duduk santai di atas kursi sofa, Veily dan Anita saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Dion.
“Nah, Anita…, Coba kamu naik kemari,”
Anita menaiki tubuh Pak Dion, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Dion untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Anita Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.
“Oke, sekarang kamu dudukin kepala kontol Bapak Pakai memek Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Dion membantu dengan menarik pinggang Anita untuk turun.
“Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Dion kembali membelah vagina Anita. “Aaakkhhh….” kepala Anita terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali tertancap di lubang vaginanya, Anita berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.
“Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Dion menanti aksi Anita selanjutnya, sambil menggigit bibir Anita mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.
“Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Dion menyemangati Anita agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.
“Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Anita…,!!” Pak Dion membantu Anita dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.
“Pakkk… Dionnnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Anita menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.
Payudara Anita yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Dion Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.
“Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Anita tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Anita merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Dion.
Pak Dion mendorong tubuh Anita kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.
“Ayo.., Veily sekarang kamu yang berlatih….”
Pak Dion terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Veily yang berusaha menaiki tubuh Pak Dion yang gembrot.
Nafas Veily memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.
“Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Veily mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Dion justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Veily yang segar sampai itu sepuas-puasnya.
“Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Dion sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Veily.
“Susah Pakkk, susahhhhh…..” Veily tampak kesulitan
“Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “
“Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Veily mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Anita karena Veily tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.
“Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Dion tersenyum sambil meremas buah dada Veily.
“Ahh Ahhh Ahhh….” Veily mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja
“Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Veily menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.
“Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Veily sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Dion.
Leave a Reply