• Cerita Porno
  • Payudara Montok

    Perkenalkan namaku angga, umurku saat itu 18 tahun

    aku berasal dari kampung dan baru mulai kuliah di kota besar ini

    aku tidak pernah mengenal dunia malam dan termasuk culun

    sehingga dapat disimpulkan aku begitu awam dalam hal wanita

    Saat pulang dari kuliah, didepan kostanku banyak pemuda sedang mendirikan panggung

    ternyata malam ini akan diadakan dangdutan menyambut ultah karang taruna

    Aku tidak begitu antusias melihat pertunjukan dangdut tersebut

    karena aku kurang menyukai musik dangdut

    tetapi aku tidak bisa tidur karena suara musik yang begitu keras

    tentu saja berasal dari panggung dangdut yang hanya beberapa meter dari pintu kostanku

    Jam 12 malam lewat, aku mendengar suara penyanyi dangdut mulai aneh

    berubah dari nyanyian menjadi desahan sensual

    “aaaahhh, ihhhh, oh, oh,oh, aduh, aduh”

    aku pun penasaran untuk melihat bagaimana pertunjukan dangdut itu

    dan segera ganti baju dan keluar menonton dangdutan

    Pemandangan pertama membuatku shock

    darahku berdesir melihat tiga wanita biduan dangdut

    diatas panggung yang tinggi, mereka menyanyi dan bergoyang

    mengenakan gaun ketat dan mini sehingga memperlihatkan lekuk tubuh mereka yang menggairahkan

    dan sesekali ketika bergoyang, celana dalam mereka pun terlihat mengintip dari rok mini yang mereka kenakan

    pertunjukan vulgar sepeti ini tidak pernah ada dikampungku

    Satu biduan yang menyedot perhatianku, bertubuh sintal dan berkulit putih

    dengan balutan gaun berwarna kuning, tubuhnya begitu seksi di terangi lampu kedap-kedip yang temaram.

    meliuk-liuk dengan pose sensual

    sungguh begitu seksi dan membuatku terangsang

    Tepat di suatu momen, dia bergoyang tepat didepanku

    dengan pose mengangkang, celana dalamnya yang berwarna putih dan ketat terlihat jelas

    belahan vaginanya tercetak, diantara paha yang bersih dan semok

    tangannya seolah sedang meremas dadanya yang besar

    wajahnya menunjukkan ekspresi binal

    pemandangan yang langsung membuat penisku berkedut dan keras

    inilah pertama kalinya aku melihat selangkangan wanita begitu dekat

    begitu indah dan menggairahkan

    entah berapa lama mataku tak bisa lepas darinya

    menikmati setiap gerakan dan suaranyanya yang indah

    beberapa kali kami bertemu pandang dan aku tidak berani melihat matanya

    dan seakan tahu aku memperhatikannya, dia sengaja bergoyang lebih panas lagi didepanku

    sampai dia tersenyum padaku dan kemudian terjadi hal yang tidak pernah aku bayangkan

    dia memegang kepalaku dan sambil bergoyang dia mendekatkan selangkangannya padaku

    aroma khas vaginanya tercium dan sontak aku tidak dapat bernafas karena begitu shock

    dia terus melakukan pose seperti itu sambil tertawa-tertawa dihadapan banyak penonton

    penonton pun ikut tertawa melihat ekspresiku yang terbelalak kaget

    aku tidak peduli, aku tidak mau melewatkan kesempatan langka ini

    aku hirup bau vaginanya sepuasnya, sampai dia melepaskan kepalaku dan melanjutkan nyayiannya

    aku masih shock ketika gilirannya bernyanyi selesai

    mas har, ketua pemuda mendekatiku

    “angga, kostanmu dekat kan? pinjam kamar mandi sebentar ya, si rida katanya mau numpang kencing”

    “rida siapa mas?” jawabku

    “itu, yang nyanyi barusan” sambil nunjuk biduan seksi berbaju kuning idamanku

    “oh, iiiiya boleh mas” jawabku dengan gugup

    “bantu ya angga, dia sedikit mabuk” pinta mas har

    “sip mas” jawabku

    “aku lanjut goyang dulu, bentar lagi dangdutannya mau abis” kata mas har sambil berlari kedepan panggung

    rida berjalan ke arahku sempoyongan

    aku mendekatinya dan langsung membopongnya berjalan

    tercium bau minuman keras dari mulutnya

    Saat membopongnya aku jadi tambah bernafsu

    aroma keringatnya membuat birahiku naik

    tubuhnya yang hangat menempel ke tubuhku

    dan tonjolan dadanya terasa disamping badanku

    aku perhatikan matanya yang tertutup

    dan aku pikir dia tidak sadar karena mabuk

    “inilah kesempatan emasku” pikirku mesum

    aku tak mampu menahan keinginan untuk mencium lehernya

    dengan pelan-pelan aku hirup aroma lehernya yang dihiasi anak rambut yang tipis

    oh, sungguh memabukkanku

    tak terasa sampai didepan pintu kostanku

    aku buka pintu dan tanpa buang waktu aku coba menaroh telapak tangan kananku didadanya

    aku oerhatikan wajahnya, tidak ada reaksi sama sekali dari rida

    aku semakin bersemangat dan mulai meremas dadanya yang besar

    kenyal dan hangat

    aku begitu asik meremas dadanya

    mempelajari bagian-bagian payudara wanita dari rida

    tiba-tiba,

    “udah puas remas-remasnya” rida memandangku sambil tersenyum nakal

    aku tercekat, malu, dan segera melepas tubuhnya dari boponganku

    aku terkejut, tidak menyangka dia masih sadar

    “maaf ya rida, aku.. aku… aku… ga sadar”

    “aku.. aku.. ga bisa nahan, soalnya aku ga pernah… pegang-pegang cewek” jawabku terbata – bata

    “oh ya, keliatan kok dari wajahmu, namamu angga kan? “

    “iya” jawabku

    “udah nafsu banget pasti ya” dia mendekat

    dan yang tidak aku sangka dia memegang selangkanganku, dan meremas penisku yang sudah berdiri keras

    aku terpekik tertahan

    “aw, udah keras banget!” serunya sambil tersenyum licik

    “tunggu dulu ya sayaang, aku kebelet pipis nih” jawab rida dengan suara memelas sambil mengelus dadaku

    rida berjalan ke kamar mandiku

    “kok gelap angga? jangan ditutup pintunya ya, aku takut” kata rida

    “iya rida, lampunya cuma ada itu” jawabku sudah semaking tegang

    “kesini dong, aku takut gelap” katanya manja

    rida membelakangiku dan membuka celana dalamnya pelan-pelan

    aku mematung, terpesona menonton pertunjukan erotis ini

    “minta tolong pegangin celanaku ya angga”

    dengan tetap memandangiku dia memberikan celana dalamnya padaku

    tanganku gemetar menerima celana dalamnya

    dia tersenyum geli melihat ekspresi kikukku

    dia mulai jongkok di toiletku, dan mengeluarkan air pipisnya

    aku mencuri – curi pandang ke arah selangkangannya

    bibir vaginanya tebal dan berwarna pink

    berbulu tipis dan terlihat tidak ada lubangnya walau air memancar dari sana

    rida selesai pipis dan menyiramkan air ke toilet

    ternyata dari tadi rida terus memandangiku dan tersenyum geli,

    segera aku alihkan pandanganku darinya

    “angga, sini dong sayaaang, bantuin” suara manjanya terdengar lagi

    aku mendekat, jantungku berdetak sangat kencang

    penasaran dia mau minta bantu apa

    “ban.. bantu apa rida?” aku semakin gugup

    “cebokin aaku” wajahnya sangat nakal

    “haaaa…. gimana cebokinnya?” jawabku

    “sini aku ajarin”

    dia menarik tanganku cukup keras sehingga aku terjongkok didepannya

    kemudian dia menuntun tanganku ke vaginanya

    tanganku semakin bergetar, begitu gugup ketika menyentuh vagina pertama kali dalam hidupku

    terasa lembut ditanganku, sungguh sangat lembut

    dan ada sedikit lendir keluar sehingga membuat vaginanya licin

    semakin mempermudahku mengelus vaginanya

    aku mencoba mamasukkan jari tengahku ke dalam vaginanya

    dan ternyata ada lubang tersembunyi di bagian bawah vaginanya

    “ah.. ah.. ” tiba-tiba rida mendesah, matanya menutup

    tangannya meremas dadanya, dan punggungnya tersandar ke dinding belakang toilet

    melihat posisinya yang tidak nyaman,

    aku kemudian mengendong dan membaringkannya diranjangku

    aku refleks membuka celanaku

    penisku yang dari tadi tertahan akhirnya bisa keluar dengan gagah

    sudah ereksi seratus persen

    tanpa bicara aku langsung menindihnya

    menciumi bibirnya, memilin lidahnya dengan lidahku

    kemudian menggigit kecil lehernya

    rida hanya mendesah

    “ah.. ah.. angga.. sayaaang, terusin.. aaaaaaaaa”

    bajunya bagian atas aku turunkan dan terpampanglah dua bukit indah

    payudara yang bulat sempurna dengan puting kecil berwarna pink

    aku jilat dan gigit putingnya dan tanganku meremas-remas payudara dan pantatnya

    “jangan keras-keras gigitnya sayang, aaahhhh.. iya seperti itu”

    matanya tertutup dan ekpsresi wajah yang menahan kenikmatan

    dia menggeliat hebat, dan kemudian bangun membuka semua pakaiannya

    inilah tubuh sempurna seorang biduan dangdut,

    payudara montok, pinggul besar dan pantat yang penuh

    kulit yang mulus berwarna putih bersih

    vagina yang basah dan merekah

    dia memelukku kuat, kami berguling-guling di ranjang

    dadaku bersatu dengan dadanya

    perutku menyentuh perutnya yang kecil dan mulus

    penisku bergesekan dengan bibir vaginanya yang berlendir licin

    kemudian dia duduk diatas tubuhku

    memegang penisku yang keras

    mendekatkan ke selangkangannya

    kepala penisku merasa ada yang hangat dan basah

    pelan-pelan penisku mulai masuk kevaginanya

    begitu nikmat, penisku serasa bergetar dan berbunyi “greng.. greng”

    hangat, sangat hangat, licin dan lembut

    dia bergoyang seperti sedang bergoyang dipanggungnya

    penisku dicokok keluar masuk di vaginanya

    “crok, crok, crok”

    dia mempercepat goyangannya diatasku

    memeluk, menggigit leherku dan mendesah semakin gila

    aku pun tidak mau kalah, giliranku diatas sekarang

    aku menusuk-nusuk vaginanya dengan penisku

    semakin lama semakin cepat, ranjangku berderit mengikuti irama kami

    kenikmatan semakin memuncak seiring semakin cepatnya genjotanku

    rida melenguh sejadi-jadinya dan wajahnya semakin menggairahkanku

    tiba-tiba “aaaaaggghhhhhh, uhhhhgggghhh” rida terpekik tertahan

    dia memelukku erat, penisku terasa dijepit kuat

    dan terasa banyak cairan hangat mengalir di batang penisku, badannya mengejang

    aku melihat wajahnya, dan inilah wajah paling indah yang pernah kulihat

    wajah wanita yang sedang orgasme

    melihat pemandangan itu akupun tidak dapat menahan lebih lama dan juga mencapai klimaks

    spermaku menyembur deras dalam vaginanya

    diikuti sentakan-sentakan tubuhku diatas tubuhnya

    karena merasakan nikmat yang luar biasa

    kami berpelukan beberapa waktu, saling berciuman

    sampai terdengar suara panggilan

    “ridaaaa… ridaaa.. yuk pulang” berasal dari luar kostanku

    kami tersadar dan segera berdiri memakai pakaian

    setelah berpakaian aku tersenyum pada rida

    “terima kasih ya rida sayaang, pengalaman pertamaku yang sungguh hebat”

    “aku juga ya angga, hebat kamu, aku puas, hihi” jawabnya sambil menciumku

    dan berlalu pergi keluar kamar kostku

    disaat mobil rombongan dangdutnya berangkat pergi,

    aku baru menyadari belum sempat meminta nomor telponnya

    tidak punya akses untuk bertemu dengannya lagi

    tapi walaupun begitu dia tetap meninggalkan kenang – kenangan buatku

    sebuah celana dalam putih yang aku simpan sampai saat ini.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    7 mins