• Cerita Porno
  • Pelukan Dina Yang Hangat

    Awal mula kisah ini berawal saat aku sedang mempunyai pacar yang ternyata dia punya saudara kembar yang identik hampir segalanya, rambutnya, bodynya, suaranya, pokoknya semua sama jadi aku sulit untuk membedakan yang mana pacarku. Ceritaku ini benar-benar nyata.

    Pacarku itu namanya Dina dan dia punya saudara kembar yang bernama
    Dini. Aku dan Dina berkenalan di telepon dan mengobrol cukup lama, lalu
    aku mengajak Dina bertemu di rumahnya.

    Jadi sorenya aku langsung berangkat ke rumah Dina. Ternyata Dina itu
    adalah cewek yang menarik dan mempunyai wajah yang nafsuin, alis
    matanya begitu indah menurutku dan bodynya sudah benar-benar aduhai n
    seksi. Dinapun tampaknya juga menyukaiku. Lalu dia mempersilakan aku
    masuk dan kami berbincang-bincang dirumahnya. Dalam waktu singkat kami
    berdua mulai akrab karena punya banyak kecocokan. Waktu itu kami berdua
    duduk bersebelahan di sofa panjang. Aku sering mencuri pandang wajahnya
    yang cantik, dia juga begitu.

    Setelah capek ngobrol dan bercanda kami berdua saling terdiam cuma saling berpandangan dan tersenyum.

    “Kamu cantik..” kataku memecah kebisuan.

    “Kamu juga cakep, yo..” jawabnya.

    Aku benar-benar ingin menciumnya, aku sudah tak tahan ingin
    merasakan bibirnya yang seksi itu. Mata kami tetap saling bertatapan.

    “Aku suka mata kamu, bibir kamu..” pujiku sambil mataku memandang ke arah bibirnya yang mungil.

    Dina hanya tersenyum mendengar kataku itu. Lalu aku mulai
    mendekatkan wajahku perlahan dan Dina juga melakukan hal yang sama.
    Kami mulai berciuman, saling menikmati dan merasakan. Mulanya ciuman
    kami begitu hangat tapi lama-lama terasa ada nafsu dalam ciuman kami.
    Aku mulai menggigit bibirnya yang mungil dan lidah kami beradu, lidahku
    mulai menari dalam bibirnya lalu aku mulai merasa lidahku seakan
    tertarik masuk ke dalam mulutnya, kami berdua mulai tak bisa
    mengendalikan diri, desah nafasnya makin membara, matanya terpejam dan
    wajahnya yang cantik itu mulai merona merah, kedua tangannya menjambak
    rambutku seakan menahan nafsu yang ingin meledak.

    Sambil berciuman kami mulai berganti posisi, Dina duduk di
    pangkuanku dan tanganku mulai nakal meraba dan meremas-remas buah
    dadanya yang montok. Kurasakan kedua pahanya menjepit erat pinggangku
    saat bibirku memciumi lehernya dan lidahku menjilati dan menghisap daun
    telinganya. Sementara itu tanganku mulai turun meremas remas pantatnya
    yang empuk.

    Desahannya terdengar makin keras, satu tangannya mulai berani
    memegang kontolku yang mengeras diluar celanaku. Bosan menciumi
    lehernya, tanganku membuka bajunya dan melepas BH-nya, lalu kuhisap
    buah dadanya dan kusedot masuk kedalam mulutku, sementara itu lidahku
    kuputar-kuputar di puting susunya.

    “Uhh” desahnya menikmati rangsanganku.

    Tangannya mulai berani membuka resleting celanaku dan mengeluarkan
    kontolku dari dalam celanaku, tangannya yang kecil itu mulai mengocok
    kontolku yang besar pelan-pelan, akupun juga memerosotkan celana dan
    CD-nya. Lalu tangan kiriku meremas-remas pantatnya dan tangan kananku
    meraba-raba vaginanya, terasa bulunya begitu halus dan jemariku terasa
    basah terkena lendir dari vaginanya, jari telunjukku mulai kumasukkan
    ke dalam vaginanya yang basah dan licin itu dan kutarik maju mundur
    perlahan, sementara itu mulutku terus merangsang puting susunya yang
    kecil.

    “Ahh.. Shh” desahnya tak tertahankan, nafasnya tersengal-sengal menderu.

    Kemudian Dina mendekatkan badannya semakin merapat ketubuhku sambil
    tangannya menggesek-gesekkan kontolku diluar vaginanya, kontolku terasa
    geli saat kena bulu jembutnya yang halus itu. Aku sudah tak tahan ingin
    memasukkan kontolku ke vaginanya, tapi aku cuma diam saja mengikuti
    alur permainannya.

    “Yo, aku pengen ML sama kamu nih..” ajaknya sambil tersenyum malu-malu.

    “Sekarang di rumah kamu ada siapa? Ntar kalau ada yang melihat gimana..?” jawabku.

    “Tenang aja, orangtuaku sedang keluar kota, adikku sekarang lagi tidur,
    jadi aman kok..”, jawabnya sedikit memaksa sambil tangannya terus
    meremas kontolku.

    Tanpa menuggu jawabanku, Dina mulai berdiri dengan lututnya sambil
    tangannya menggesek-gesekkan kontolku di bibir vaginanya. Wajahnya
    tampak begitu seksi saat itu. Helm kontolku mulai terasa basah terkena
    lendirnya. Kemudian pantatnya mulai turun pelan-pelan, terasa helm
    kontolku masuk didalam vaginanya. Lalu Dina mulai bergerak naik turun
    perlahan, rasanya kontolku sedikit sulit masuk seluruhnya meskipun
    vaginanya sudah sangat licin karena kontolku terlalu besar. Tapi Dina
    terus memaksakan, pantatnya turun terus, akhirnya kontolku mulai masuk
    seluruhnya kedalam, rasanya kontolku seperti dipijat-pijat dan di tarik
    oleh vaginanya. Kami berdua mendesah pelan menahan kenikmatan itu.

    “Achh.. Ohh” suaranya semakin membangkitkan birahiku.

    Pantatnya mulai bergerak lagi naik turun perlahan kemudian bergerak
    semakin cepat, tanganku meremas pantatnya sendiri sambil membantunya
    bergerak agar lebih cepat. Pentil susunya terus kulumat dan kuhisap
    masuk di mulutku. Dina terus bergerak naik turun, terasa kepalaku sakit
    karena dia terlalu kuat menjambak rambutku dan menarik kepalaku ke buah
    dadanya. Aku sudah tak tahan menahan orgasmeku yang hampir ke puncak,
    lalu terasa tubuh Dina bergetar dan pahanya terasa menjepit erat
    pinggangku, gerakannya sedikit tertahan tapi dia terus bergerak naik
    turun, matanya terpejam sambil bibirnya makin mendesah keras.

    Lalu terasa kontolku makin hangat dan basah di dalam vaginanya.
    Rupanya Dina telah orgasme, gerakannya mulai terasa amat perlahan, tapi
    tanganku terus mengangkat pantat Dina naik turun karena aku juga hampir
    orgasme, akhirnya kontolku memuncratkan spermaku ke dalam vaginanya,
    Dina ikut bergerak lagi membantuku mencapai puncak kenikmatan. Rasanya
    pahaku basah kuyup kena cairan orgasme kami berdua. Kemudian Dina
    berdiri lalu jongkok di depanku, tangannya mengocok kontolku, lidahnya
    sekali-kali menjilati sisa spermaku, benar benar suatu kenikmatan yang
    tak mampu terucap dengan kata-kata.

    Setelah selesai dan kontolku mulai melemas, Dina duduk di sebelahku,
    kepalanya bersandar di bahuku sementara tanganku membelai rambutnya.
    Kami berdua berusaha mengatur nafas setelah kecapekan bercinta. Lalu
    kami memakai pakaian kami kembali. Kami berdua tak tahu kalau ada yang
    mengintip kami sedang bercinta tadi di sofa.

    “Yo, jangan anggap Dina cewek nakal ya..? Pintanya manja padaku.

    “Enggak kok, aku gak pernah berpikiran begitu sama kamu..” jawabku
    menenangkan hatinya, lalu Dina tersenyum manis sambil memelukku lebih
    erat.

    “Yo.. Udah jam sepuluh nih, kamu pulang dulu ya, tapi janji besok kamu
    harus ke sini pagi-pagi ngantar Dina ke kampus..!” pintanya padaku, aku
    cuma mengangguk.

    Akhirnya aku pulang ke rumah dan langsung tidur karena capek.

    *****

    Besoknya..

    “Waduh.. Gimana nih, udah jam dua belas siang..!” umpatku karena
    bangun kesiangan, lalu aku bergegas mandi dan langsung berangkat ke
    rumah Dina, berharap dia belum berangkat ke kampus.

    Sesampainya di rumah Dina aku langsung masuk karena aku tahu
    orangtuanya belum pulang dari luar kota. Tak terlalu sulit menemukannya
    karena di rumahnya cuma ada 3 kamar. Tampak di depanku Dina sedang
    tiduran di ranjang. Dina cuma tersenyum melihatku.

    “Lho kamu sudah pulang kuliah ya? Sorry ya tadi pagi gak ngantar
    kamu.. Abis kecapekan kemarin bercinta ama kamu sih..” alasanku supaya
    dia gak marah.

    “Gak apa-apa kok Yang.. Lagian Dina juga gak ke kampus karena kecapekan kemarin..” jawabnya santai.

    “Sini, rebahan di samping Dina, kangen nih..” ajaknya manja.

    Aku langsung tiduran di sampingnya sambil memeluknya.

    “Yo.. Emm.. Bercinta lagi yuk?” ajaknya mengagetkanku, aku langsung saja mengiyakan kegirangan.

    “Tapi sekarang pemanasannya yang lama ya..?” pintanya manja.

    Aku cuma tersenyum dan langsung mengambil posisi di atas tubuhnya.
    Kemudian kami langsung berciuman sangat hot dan bernafsu, tapi terasa
    ada yang beda dan aneh, karena tindakannya berbeda dengan yang kemarin
    malam. Tapi aku tak peduli, pikirku yang penting bercinta. Dina kali
    ini terasa kasar waktu berciuman, lidahku digigit cukup keras sementara
    tangannya mencakar punggungku, aku tak peduli, pikirku Dina sekarang
    amat bernafsu ML.

    “Slow aja Dina..”, ujarku, tapi dia seakan tak peduli, kemudian
    tangannya mendorong kepalaku ke bawah, tepat di atas gundukan vaginanya.

    Tampak Dina sangat nafsu menggesek-gesekkan kepalaku di vaginanya
    yang amat basah, terasa hidung dan bibirku basah kena cairannya,
    lidahku langsung kumainkan menjilati klitorisnya sembari tanganku
    meremas-remas puting susunya.

    “Ahh.. Ahh, terus yo, masukkan lidahmu ke dalam dong..” desahnya
    manja, langsung saja lidahku kumasukkan dan kuputar-putar di dalam
    vaginanya, terasa cairannya masuk ke dalam mulutku dan kutelan.

    “Ohh.. Iya gitu Yang..” rintihnya tanpa malu-malu.

    Tangannya makin mendorong kepalaku, membenamkan wajahku ke
    vaginanya, aku terus menjilati vaginanya makin cepat, kemudian terasa
    pahanya menjepit keras kepalaku, tubuhnya bergetar keras, sembari
    tangannya menjambak rambutku. Kemudian terasa mulutku kena semprot
    cairannya banyak sekali, bau khas wanita orgasme, tubuhnya makin
    mengejang sampai orgasmenya berakhir.

    Setelah itu Dina menarik tubuhku dan menjilati cairannya sendiri di
    mulutku, setelah puas Dina langsung mendorong tobuhku, aku merebahkan
    diri di ranjang, sementara itu Dina bergerak liar melucuti pakaianku,
    lalu meremas dan mengocok kontolku dengan cepat, wajahnya tampak liar
    bernafsu saat itu. Lalu mulutnya mengulum kontolku, memasukkan batang
    kontolku ke dalam tenggorokannya, kemudian menghisap, menyedot kontolku
    dengan sangat nafsu, aku cuma terpejam menikmati rangsangan yang luar
    biasa nikmat itu.

    Lalu kurebahkan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang dan langsung
    menindihnya. Kontolku langsung kusodok-sodok dengan cepat ke dalam
    vaginanya.

    “Ahh.. Achh.. Achh” rintihnya menahan gempuran kontolku.

    Langsung saja kugoyang dengan cepat pantatku maju mundur. Dina
    semakin merintih gak karuan, semakin menambah nafsuku. Setelah puas
    menindihnya, kubalikkan badannya membelakangiku lalu kusodok lagi dari
    belakang dengan cepat, sementara tanganku meremas-remas buah dadanya.

    “Yo.. Masukin di lubang pantat Dina dong..!” ajaknya mengagetkanku.

    “Gak apa-apa nih..?” jawabku.

    “He.. Eh, Dina suka kok..” kemudian kucopot kontolku, lalu lubang
    pantatnya kubasahi dengan ludahku, Dina cuma mendesah keenakan campur
    geli.

    Setelah itu kugesekkan kontolku di pantatnya dan kusodok
    pelan-pelan, rasanya sulit sekali masuk karena lubang pantatnya terlalu
    kecil, tapi terus saja kusodok sampai akhirnya masuk setengah. Kemudian
    kugoyang maju mundur agar lebih masuk lagi, sampai akhirnya batang
    kontolku terbenam seluruhnya di dalam pantatnya. Terasa sangat nikmat
    sekali karena lubangnya sangat sempit, kontolku berdenyut-denyut
    merasakan pijatannya sampai akhirnya terasa spermaku mengalir di dalam
    urat kontolku. Lalu langsung menyemprot di dalam lubang pantatnya.

    “Ahh.. Ahh..!” desahku menikmati orgasme. Sampai akhirnya aku merebahkan diri sambil memeluknya karena kecapekan.

    “Yo.. Gila kamu, ngapain kamu ama adikku..!!” terdengar suara yang
    sangat mengagetkanku, mataku langsung kubuka dan aku bingung setengah
    mati melihat Dina ada 2.

    Dengan perasaan bingung kutoleh bergantian wajah mereka satu
    persatu, ya ampun mirip sekali keduanya, cuma yang membedakan satu
    wajahnya terlihat marah dan satunya lagi terlihat ketakutan.

    “Lho.. Dinaku yang mana..?”, kataku kebingungan.

    *****

    Akhirnya aku tahu kalau aku telah bercinta dengan adiknya dan Dina
    memaafkanku karena sebelumnya gak mengatakan padaku kalau dia itu
    kembar. Kami berdua tetap pacaran walaupun Dina tak tahu kalau aku juga
    masih sering bercinta dengan adiknya. Jadi yang membuatku bisa
    membedakan Dina dengan adiknya adalah hanya tattoo kecil bertuliskan

    namaku di punggungnya..,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    9 mins