• Cerita Porno
  • Three In One’ Di Puncak

    “Ke puncak yuk say..” ajak Ale’ pacarku tiba-tiba sambil memeluk badanku
    yang kecil (160cm/54kg).

    Dia memang punya sebuah villa di puncak. Memang sih, rasanya sudah lama
    sekali kami tidak berlibur, sejak ia membuka usaha bengkelnya.

    “Boleh.. Kapan?” jawabku.
    “Jumat sore ini kita berangkat, terus pulangnya senin sore. Kan senin
    hari libur!”
    Boleh juga pikirku. “Ok!” jawabku setuju.

    Jumat sore itu, aku dijemput di kantor. Sudah siap dengan semua
    barang-barangku. Kuletakkan badanku dijok mobil porche birunya yang
    empuk. Sebelum berangkat, ia sempat mencium bibirku lembut, kemudian
    menginjak gas, dan kami berangkat ke puncak.

    Dalam perjalanan, sebentar-sebentar tangan kanannya mengusap pahaku,
    kadang ke dadaku, dan mengusap tetekku yang berukuran 36B, hingga puting
    ku mengeras. Ku geser badanku menghadapnya dengan satu kaki menekuk ke
    arahnya hingga rokku terbuka dan memperlihatkan celah vaginaku yang
    hanya ditutupi celana g-string merah yang dibelikannya minggu lalu.
    Jarinya pun menggeser tali g-stringku kesamping, kemudian memainkan
    jarinya di vaginaku yang sudah mulai basah. Jarinya mengorek-ngorek ke
    dalam vaginaku, seakan berusaha menarik clitorisku keluar.

    “Ssh.. Aah.. Shh.. Ah..” desahku sambil memuntir muntir putingku sendiri.

    Ditengah jalanan yang macet antara puncak dan jakarta, didalam mobil
    porche nya yang berkaca hitam, aku membuka resleting celananya, dan
    mulai mengulum penisnya yang sudah mulai mengeras. Batang penis
    sepanjang 20 cm itu kukulum masuk ke dalam mulutku. Karena tidak dapat
    semuanya masuk, aku memegang sisa batangnya dengan tangan kananku dan
    mulai mengocoknya.

    “Aaakhh.. Say.. Enak.. Pinter banget sih..” sambil tangannya sebentar
    sebentar menekan kepalaku.

    Kujilati batang penisnya, kuemput buah zakarnya. Kusedot sedot kepala
    penisnya, dan kumainkan lidahku berputar putar diatas helemnya saat
    penisnya masih dalam mulutku, hingga penisnya yang besar itu seperti
    berputar putar di mulutku yang sempit. Tiba tiba ia menekan kepalaku
    hingga penisnya terasa penuh dalam mulutku dan ia mengeluarkan pejunya
    ke dalam mulutku yang kutelan habis pejunya.

    “Ssshh.. Ahh.. Say, makin mahir aja kamu nyedotnya.. Ada yang ngajarin
    ya?” ujarnya sambil tersenyum dan melirikku nakal. Aku kembali ke
    posisiku bersandar pada sandaran kursi dengan satu kaki naik dan jariku
    memainkan vaginaku yang sudah sangat basah.

    “Sudah nggak tahan sayang? Ada dildo tuh di dalem dashbord,” ujarnya
    sambil menunjuk dashbord mobilnya.

    Ia memang paling senang membelikan aku mainan baru berupa dildo atau
    hanya sebuah vibrator. Sebuah dildo karet yang cukup kecil sepanjang 10
    cm dan berdiameter 2 cm dengan duri-duri yang agak rebah. Perlahan dia
    masukkan dalam vaginaku.

    “Sshh..” desisku merasakan ada barang yang masuk dalam vaginaku.

    Belum sampai mentok ia mendorongnya, tiba-tiba ia menariknya cepat dan
    membuat duri-duri yang tadinya tidur, tiba tiba berdiri dan menggaruk
    dinding vaginaku!

    “Aaahh.. Allee’..” jeritku kaget, aku tidak mengira akan seenak itu.

    Dengan pintu sebagai topangan badanku, aku sedikit menggoyang pinggulku
    mengikuti irama keluar masuk dildo dalam vaginaku. Karena sesekali Ale’
    harus melepas dildo itu, akhirnya aku mengambilnya dan mengendalikannya
    sendiri.

    “Aaahh.. Aahh.. Allee..” desahku setiap kali dildo itu kutarik keluar.

    Belum aku mencapai klimaks, ternyata mobil telah masuk ke dalam garasi
    Villanya. Tiba-tiba Ale’ membuka pintu yang kusandari, hingga aku hampir
    terjatuh, tapi ia menahanku dari belakang. Kemudian ia mengambil alih
    dildo yang ada dalam vaginaku dan ia mengocoknya cepat.

    “Ssshha aahh.. Aaahh.. Aaahh.. Allee’.. Ahh.. Fuck me.. Fuck me..”

    Mendengar rintihanku, ia langsung membalik badanku dan mengarahkan
    penisnya yang telah berdiri tegak ke lubang vaginaku. Sekalipun sudah
    basah, tapi tetap saja, penisnya yang berdiameter 5 cm itu tidak dapat
    masuk dengan mudah. Setelah beberapa kali kepala penisnya mengorek
    lubang vaginaku, akhirnya dapat juga masuk.

    “Sshh aahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dalam sekalipun
    masih tersisa 4 cm diluar vaginaku.

    Ia mengikatkan kakiku ke pinggulnya dan ia menarikku keluar dari mobil,
    hingga aku digendongnya dengan penis sudah ada didalam vaginaku. Ia
    membawaku masuk ke dalam kamarnya di lantai 1, sekalipun ia harus naik
    tangga, Ale’ tetap kuat mengangkatku, dan aku sudah mulai mengejang
    karena terasa sangat mengganjal dengan 4 cm penisnya yang seperti
    menusuk-nusuk berusaha mendobrak peranakanku. Dan kakiku semakin kuat
    menjepit pinggulnya.

    Sesampainya di kamar, ia menidurkanku diatas kasurnya yang empuk,
    kemudian mengangkat kedua kakiku ke pundaknya dan merapatkan pahaku.

    “Ahh.. Allee.. Ennakk.. ffuucckk.. HH..”

    Vaginaku terasa sangat sempit, dan ia mengocok penisnya dan memaksakan
    penisnya yang tersisa diluar untuk masuk lebih dalam. Namun tetap tidak
    bisa. Ia segera membalikkan badanku, hingga dalam posisi doggy dengan
    dia berdiri di pinggir kasur. Badanku sudah mulai bergetar keras karena
    nikmatnya, Ale’ tetap menusukkan penisnya dengan membabi buta ke dalam
    vaginaku, sementara tangannya memeras-meras tetekku dengan keras hingga
    meninggalkan bekas merah.

    “Aaahh.. Allee.. SsSSHH.. Alee.. Aku mau keluaarr nihh.. lebbiihh
    ceeppaatt ssaayyaangghh..” pintaku dengan nafsu yang sudah hampir tidak
    dapat ditahan lagi.
    “Samaa ssayy.. keeluaariin diimanaa?” tanya alle dengan semakin cepat ia
    mengocok penisnya.
    “Di daleemm ajaa.. diddalleemm.. Aaahh.. Ssshh.. Aaahh..” jawabku karena
    aku sudah minum pil KB beberapa bulan ini.
    “Baarreengngg ssaayy.. Dikkitt llaggii.. Aahh..”

    Bersamaan dengan keluarnya pejunya dalam vaginaku dan rongga vaginaku
    yang berkedut keras. Entah berapa kali Ale’ semprotkan pejunya, karena
    cukup banyak, sampai meleleh keluar vaginaku bercampur dengan cairan
    cinta dari dalam vaginaku.

    “Makasih sayang..” ujarnya sambil mengecup keningku.
    “Ale’.. Kamu emang jago!” pujiku padanya.

    Setelah agak lama aku berbaring di dadanya. Ia menyuruhku membersihkan
    diri di kamar mandi, sementara ia mengambil barang-barang kami di mobilnya.

    Sementara aku mandi dengan shower, samar samar aku mendengar ada orang
    berbincang bincang di kamar. Tadinya kupikir suara TV yang keras.
    Ternyata ketika aku keluar hanya dengan berlilitkan handuk, aku terkejut
    melihat Micky dan Barry, dua teman Ale’ yang nggak kalah macho! Ale’
    langsung memelukku dari belakang dan mencium leherku dan membuyarkan
    terkejutku.

    “Mereka kesini mau ikutan main say. Kamukan dulu bilang ingin coba main
    dengan cowok lebih dari 1. Dari pada cari yang enggak jelas, mending
    cari teman sendiri. Mereka juga suka kok say, dan mereka juga suka kamu.
    Nggak papa kan?” ujarnya mesra.
    “Ale’.. Kamu tahu aja!” ujarku sambil melingkarkan tanganku ke belakang
    kepalanya kemudian menciumnya mesra.

    Sambil Ale’ menciumku, ia memberi tanda pada kedua temannya untuk
    mendekat, ia sedikit mendorongku untuk tiduran di kasur. Ketika aku
    sudah terlentang diatas kasur, ia menyodorkan penisnya ke mulutku.
    Langsung ku sambut penisnya yang besar itu dan mulai menjilat jilatnya.
    Sementara Barry mulai menjilati putingku yang sudah keras. Micky,
    memainkan vaginaku dengan lidahnya. Mengorek ngoreknya dengan lidahnya
    yang panas.

    “Emmpphh..” desahku tertahan penis Ale’ setiap kali Micky mengorek
    clitorisku dengan lidahnya.

    Barry tiba tiba melepas antingnya dan menjepitkan di putingku.

    “Barry.. Sakit sayang..” kataku sesaat melepaskan penis Ale’ dari mulutku.
    “Tenang sayang.. Enak kok.” ujarnya kemudian menjilat putingku yang
    memakai anting itu.

    Dan memang ternyata enak. Kujilat kembali penis Ale’ seperti menjilat
    batang eskrim yang besar. Tak lama, Micky melepas mulutnya dari vaginaku
    dan tiduran di sebelahku sementara Barry tiduran diatasku. Kulirik Micky
    yang sedang mengoleskan penisnya dengan madu. Ale’ mengangkatku hingga
    hampir duduk diatas Micky yang terbaring disebelahku. Ia menyandarkan
    kepalaku ke dadanya yang bidang, hingga pantatku menghadap Micky.

    Tiba tiba kurasakan jari Micky yang telah diolesi madu memasuki anusku.

    “Ssshh.. Aaahh.. Mic, sakit.. Ssshh..” jeritku.
    “Tenang say.. Sakitnya cuma sebentar, tapi nikmatnya selangit. Relax
    aja, dan enjoy biar nggak sakit.”

    Aku berusaha tenang sambil bersandar pada dada Ale’. Makin lama makin
    enak, tak lama kemudian Micky menusukkan penisnya sepanjang 14 cm dg
    diameter 4 cm, menerobos dalam anusku.

    “Aaahh.. Ssshh..” jeritku sambil mempererat pelukanku pada Ale’.

    Setelah penisnya masuk semua ke dalam anusku, Ale’ membuatku terlentang
    diatas Micky. Kemudian ia mengikatkan kedua tanganku ke kepala ranjang
    yang cukup tinggi dengan menggunakan kain yang cukup halus, hingga aku
    dapat berpegangan dan sedikit mengangkat pantatku dengan kaki
    mengangkang. Ale’ tidak membuang kesepatan ini untuk mulai mengorek
    lubang vaginaku dengan penisnya yang besar.

    “Aahh.. Hhh.. Ssshh.. Alee.. Massuukkinn ssayy..” mendengar permintaanku
    itu, Ale’ tidak segan segan mulai menusukkan penisnya ke dalam vaginaku.
    “Emmpphh.. Penuhh Lee’.. Pelan pelan..”

    Perlahan namun pasti, Ale’ menusukkan penisnya yang besar itu ke dalam
    vaginaku hingga mentok. Ale’ mulai mencondongkan badannya ke arahku dan
    memakai satu kakinya untuk menopang badannya, ia mulai mengayunkan
    pinggangnya. Pertama pelan.. Kemudian makin cepat, dan makin cepatt..

    “Ssshh aahh.. Alee..”

    Micky juga mulai menggoyangkan pinggulnya membuat kedua lubangku dikocok
    bergantian. Ketika Ale’ masuk, Micky keluar. Ale’ keluar, Micky masuk,
    begitu seterusnya hingga..

    “Ahh.. Ssshh.. AAHh.. Ssayy.. Fuckk..!! Alee.. Bentar lagi dapeett nih..
    Aaahh..” jeritku..
    “I’m coming..” desah Micky..
    “Ssh.. Iiyaa.. Keeluar bareng ya.. Shh.. Aahh.. Ahh” ujar Ale’.

    Tiba tiba kurasakan perasaan nikmat yang tak dapat kutahan, lorong
    vaginaku mulai berkedut keras tanda aku mulai orgasme.
    “AAH..” jeritku, bersamaan dengan semprotan pejuh di anusku. Disambut
    dengan tusukkan yang dalam di vaginaku dan tumpahan pejuh Ale’ dalam
    vaginaku serta kedutan yang keras dari penis Micky di anusku dan penis
    Ale’ di vaginaku.

    Lemas badanku dibuatnya, aku masih berada diantara Micky dan Ale’
    seperti sandwich yang basah dengan keringat. Masih dengan penis yang
    menancap di anus dan vaginaku. Ale’ menarikku hingga penis Micky lepas
    dari anusku.
    “Plop” bunyinya nyaring.
    Penis Ale’ masih setengah berdiri masih dalam vaginaku, sambil ia
    menidurkanku di dadanya. Kulirik jam dinding sudah pukul 3 pagi dan aku
    langsung tertidur lelah.

    Paginya, aku terbangun karena merasakan ada yang menjilat jilat vaginaku
    dan meremas remas tetekku. Ternyata Barry yang menjilatku dan Ale’ serta
    Micky yang meremas tetekku.

    “Ssh.. Aaahh.. Enak Barry..”

    Tak lama Barry duduk berlutut di depan vaginaku dan mengarahkan penisnya
    yang agak bengkok ke atas seperti pisang itu ke celah vaginaku.

    “Aaahh..” jeritku ketika ia menusukkan penisnya dengan cepat ke dalam
    vaginaku.

    Seakan ada yang menggaruk bagian atas lorong vaginaku. Kemudian Barry
    mengangkat kaki kananku dan meletakkannya di atas kaki kiriku hingga
    badanku seperti terpelintir karena kedua tetekku ditahan dalam mulut
    Ale’ dan Micky.

    “Aduuhh.. Enaakkhh..”

    Penisnya yang bengkok itu menggaruk bagian dalam vaginaku. Perlahan
    namun pasti Barry mengocok vaginaku..

    “Sshh.. Aahahh.. Barryy.. Mmmhh..”

    Dengan irama 3 kali tusukan pelan dan 1 kali tusukan cepat dan dalam,
    membuatku melayang dibuatnya. Tak lama tusukkan penisnya semakin tak
    terkontrol, semakin membabi buta membuatku semakin melayang!

    “Ahh.. Ssshh.. Emmpphh..” desahku saat Barry kembali membuka kakiku
    hingga vaginaku terbuka lebar dihadapannya.

    Ale’ menepuk nepuk dan menekan nekan vaginaku supaya aku semakin
    terangsang. Ia mengaitkan jarinya ke bibir vaginaku hingga tertarik.

    “Ahh.. Ssshh.. Ahh.. Bbarryy.. Lebihh cceeppaat.. Mauu keluaarr niihh..”

    Segera Barry mencabut penisnya. Seketika aku kecewa, ternyata ia
    berganti posisi dengan Ale’, Ale’ langsung menusukkan penisnya yang
    besar itu dalam vaginaku dan Barry menjepitkan penisnya diantara tetekku
    dan mulai mengocoknya hingga ia memuncratkan pejunya ke wajahku.
    Sementara Ale’ mengocokkan penisnya yang panjang itu dalam vaginaku.

    “Aaahh.. Ssshh,” jeritku terasa semua ototku tegang karena orgasm yang
    kurasakan sambil merasakan kedutan penis Ale’ menandakan ia sudah
    mengeluarkan pejunya dalam vaginaku.

    Lemas sekali badanku, harus melayani mereka. Ale’ tiba tiba mengangkatku
    dan membawaku ke kamarmandi. Disana sudah ada Micky yang sedang
    mengisikan bath tub dengan air panas dan sabun susu wangi. Ale’
    mencelupkan badanku yang letih ke dalamnya.

    “Kamu istirahat dulu deh say.. Nanti kalau sudah selesai, langsung ke
    ruang makan ya,” ujarnya sambil mencium keningku.

    Sekitar setengah jam aku berendam melepas lelah. Setelah selesai,
    seperti permintaan Ale’ aku menuju ruang makan, hanya dibalut mantel mandi.

    Disana sudah ada dua orang perempuan yang sedang memasak di dapur.
    Keduanya tak kalah sexy dariku. Ternyata mereka adalah Amy (160/54 34C)
    yang ternyata pacarnya Micky. Serta Sylvy (158/53 34B) yang adalah
    pacarnya Barry. Keduanya memakai celana hotpants yang memperlihatkan
    paha mereka yang putih dan mulus dan kaos model kemben yang hanya
    menutup payudara mereka yang besar. Samar samar terlihat puting mereka
    menonjol dibalik kaosnya.

    “Sini sayang, kita sarapan dulu,” ujar Ale’ sambil mengeluarkan kursi
    disebelahnya.

    Setelah menunggu aku duduk, ia pun duduk di kursinya. Micky dan Amy
    ternyata sudah selesai makan, dan mereka sekarang ada di dapur sambil
    berciuman ditonton kami berempat.

    Celana Amy dibuka dan di lemparkan ke bawah kemudian melepaskan
    kembennya, hingga Amy menjadi bugil. Kulihat penis Ale’ dan Barry yang
    berada disisiku yang satunya sudah berdiri tegak. Aku dan Sylvy saling
    melihat, tak lama Sylvy menghilang dibawah meja, ternyata sedang
    meng-oral penisnya Barry. Ale’ kemudian melihatku seakan memintaku
    mengoral penisnya. Tapi karena aku belum selesai makan, aku hanya
    mengocok penisnya pelan sambil berkata,

    “Sabar sayang..”

    Micky mengangkat kaki kanan Amy kemudian mulai menusukkan penisnya
    dalam-dalam.

    “Aaahh..” desah Amy membuatku juga semakin terangsang.

    Ale’ yang telah selesai makan, menyingkapkan mantel mandiku dan mulai
    menggigit putingku yang sudah mengeras dan mengorek vaginaku dengan
    jarinya. Sambil aku menekan kepalanya ke dadaku, aku melihat Micky yang
    sedang mengocok vagina Amy sambil menciumi teteknya dan Barry yang
    keenakan disebelahku karena penisnya dikulum Sylvy.

    “Aaagghh.. Mic.. I’m commingg..” jerit Amy.

    Tak lama kulihat lelehan pejuh di paha kiri Amy menandakan Micky sudah
    menembakkan pejunya.

    “Ssshh.. fuucckk..” desah Barry disebelahku, kemudian kulihat Sylvy
    muncul dari bawah meja dengan bibirnya penuh dengan pejuh. Ale’
    melepaskan pagutannya di tetekku.
    “Nonton BF yuk,” ajaknya ke ruang TV. Dan kami bermain sepanjang hari. ,,,,,,,,,,,,,,

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    11 mins